EmitenNews.com—PT RMK Energy Tbk (RMKE)  optimistis kebutuhan batubara masih akan meningkat kedepannya untuk memenuhi kebutuhan energy security pada kondisi ekonomi global yang masih belum pulih sepenuhnya pasca pandemi dan kondisi geopolitik dunia.


Bersamaan dengan itu, perseroan optimistis target tahun depan dapat terpenuhi. RMKE membidik volume batu bara dari segmen jasa sebesar 10,8 juta ton dan volume penjualan 3 juta ton pada 2023. Bersamaan dengan itu, perseroan mengincar top line sebesar Rp 3,2 triliun dengan bottom liner Rp 558,6 miliar.


Untuk memperlancar tujuan dan targetnya itu, Perseroan menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 350 miliar pada 2023. Belanja modal itu akan dialokasikan untuk proyek hauling road.


Perseroan berencana membangun dua hauling road sepanjang 32 km dan 40—50 KM. Direktur Utama PT RMK Energy Tbk, Tony Saputra menyebutkan, perseroan mengatakan, untuk hauling road sepanjang 32 km ditargetkan bisa beroperasi pada awal tahun dpena. Sehingga diharapkan dapat menyumbang pada pendapatan untuk jasa batu bara.


"Saat ini kami sudah kerjakan yang kurang lebih 32 km arah Muara Enim. Kita sudah bikin kerja sama antara tambang di sekitar, ada beberapa jembatan kecil kami sudah kerjakan semua. Target kami tahun depan kuartal I 2023 running itu akan berjalan yang 32 km,” ujar Tony dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (21/11/2022).


Pada kesempatan yang sama, Direktur Keuangan PT RMK Energy, Vincent Saputra menambahkan, untuk hauling road sepanjang 40–50 km akan dibangun untuk mengakomodir mobilitas ke arah Laham. Menurut dia, alasan hauling road untuk dua rute tersebut lantaran Muara Enim dan Lahat merupakan daerah dengan cadangan terbanyak.


"Capex untuk jalan yang 32 km sudah termasuk capex tahun ini sebesar Rp 174 miliar, sementara di 2023 ada sebagian jalan yang 32 km ditambah yang 40—50 km tadi, jadi Rp 350 miliar itu sudah cover semua,” ujar Vincent.


Dari sisi jasa, Tony mengatakan perseroan telah memiliki kontrak jangka panjang dengan pelanggannya. Sehingga kondisi ekonomi yang dinamis saat ini mestinya tak banyak pengaruhi operasional perseroan pada segmen ini. Sementara pada segmen penjualan batu bara, perseroan memiliki ekosistem yang terintegrasi sehingga dari sisi harga cukup kompetitif.


"Kami punya ekosistem terintegrasi dari hulu hingga hilir. Jadi semua sangat efisien dan sangat bersaing dari segi harga indeks, profit kami jelas. Jadi nggak usah khawatir perusahana kami selalu targetkan hal-hal positif,” kata Tony.


Direktur Operasional RMK Energy, William Saputra juga menyampaikan, energy security menjadi peluang bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri maupun luar negeri.


Pada 2022, perseroan menargetkan angkutan batu bara sebesar 7,82 juta ton dan telah tercapai 69,80 persen. Untuk segmen penjualan batu bara manajemen menargetkan volume sebesar 2,26 juta ton di mana 50 persen target tersebut berasal dari tambang in-house PT Truba Bara Banyu Enim.


"Hingga September 2022, volume penjualan batu bara telah mencapai 1,62 juta ton atau telah mencapai 71,78 persen target tahun ini,” beber William.