EmitenNews.com - PT Waskita Karya (WSKT) akan menambah modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue maksimal 24,56 miliar lembar. Rights Issue itu, bernilai nominal Rp100 per saham. Aksi korporasi tersebut ditargetkan tuntas pada Desember 2021.


Berdasar skenario, dana hasil rights issue setelah dikurangi biaya, seluruhnya untuk menuntaskan proyek jalan tol, modal kerja proyek konstruksi. ”Dan, juga untuk investasi pengembangan,” tutur Ratna Ningrum, Senior Vice President Corporate Secretary Waskita Karya, kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jumat (8/10). 


Berikut jadwal HMETD. Tanggal daftar pemegang saham berhak atas HMETD pada 30 November 2021 pukul 16.00 WIB. Cum HMETD pasar reguler dan negosiasi pada 26 November 2021. Ex HMETD pasar reguler dan negosiasi pada 29 November 2021. Cum HMETD pasar tunai 30 November 2021. Ex HMETD pasar tunai 1 Desember 2021.


Distribusi HMETD 1 Desember 2021. Pencatatan efek di BEI pada 2 Desember 2021. Periode perdagangan HMETD pada 2-10 Desember 2021. Periode pelaksanaan HMETD pada 2-10 Desember 2021. Tanggal akhir pembayaran pesanan efek tambahan pada 14 Desember 2021. Periode penyerahan efek pada 6-14 Desember 2021. Tanggal penjatahan pada 15 Desember 2021, dan pengembalian kelebihan uang pesanan pada 17 Desember 2021. 


Rights issue itu, untuk melindungi porsi kepemilikan saham publik 33,96 persen dari pengaruh dilusi setelah suntikan penyertaan modal negara (PMN) 2021 sejumlah Rp7,9 triliun. Selain itu, rights issue juga menjadi salah satu bagian dari delapan stream penyelamatan kondisi Waskita. Sebab, utang perseroan naik empat kali lipat dari semula Rp20 triliun periode 2015-2016 menjadi Rp90 triliun pada 2019.


Lonjakan utang Waskita itu, menyusul penuntasan 16 ruas tol di Tol Trans Jawa, dan Trans Sumatera. Di mana, mayoritas merupakan akuisisi tol milik swasta. Namun, pada gilirannya, agresivitas akuisisi itu, tidak menghasilkan perkembangan optimal.

Waskita juga memperoleh penugasan untuk melaksanakan transmisi Sumatera secara total butuh pendanaan Rp27,8 triliun. Puncaknya, periode 2017-2018, dan 2019, utang Waskita membengkak menjadi Rp70,9 triliun diikuti utang kepada vendor Rp20 triliun. (*)