EmitenNews.com - Tiga emiten menuju jurang delisting. Yaitu PT Capri Nusa Satu Properti (CPRI), PT Steadfast Marine (KPAL), dan Mas Murni Indonesia (MAMI). Trio perusahaan terbuka itu, telah menjalani suspensi  12 bulan.


Per 30 Agustus 2023 mendatang, pembekuan efek tiga emiten tersebut akan genap berumur 24 bulan. Delisting itu mengancam apabila emiten mengalami kondisi, atau peristiwa, secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha baik secara finansial atau secara hukum terhadap kelangsungan status usaha, dan perusahaan tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan memadai. 


Selanjutnya, apabila saham perusahaan tercatat yang akibat suspensi di pasar reguler, dan pasar tunai, hanya diperdagangkan di pasar negosiasi sekurang-kurangnya 24 bulan terakhir. Berikut susunan dewan komisaris dan direksi Capri meliputi Komisaris Utama Abdullah Lewis Hidayat, Komisaris Tugas Dwi Apriyanto, Komisaris Independen Hamdi hassyarbaini, Direktur Utama Jansen Surbakti, Direktur Riko Cahyo Pribadi, dan Direktur Arif Widi Widayat.


Per 29 Juli 2022, pemegang saham Capri antara lain PT RDW Global Investasi 71,20 persen, Abdullah Lewis Hidayat 0,38 persen, rayes Sembiring 0,36 persen, dan masyarakat 28,06 persen. Sementara itu, per 30 September 2020, pemegang saham Steadfast sebagai berikut.


Komisaris Utama Eddy Kurniawan Logam, Komisaris Wuspo Lukito, Komisaris Independen Airvin Widyatama Hardani, Direktur Utama Rudy Kurniawan Logam, Direktur Fajar Gunawan, dan Direktur Andi Ibrahim Saleh. Pemegang saham yaitu Eddy Kurniawan Logam 19,91 persen, Rudy Kurniawan 13,38 persen, Yusnita Logam 12,01 persen, dan lain-lain 54,70 persen. 


Dan, dewan komisaris dan direksi Mas Murni per 19 Januari 2022 antara lain Presiden Komisaris Surya Atmadinata, Komisaris Independen Muhammad Zakki, Presiden Direktur Jaja Santoso, Direktur Djie Peterjanto Suharjono, Direktur Ruben Beda Kule.


Per 31 Januari 2022, pemegang saham Mas Murni yaitu Brenfield Investments Limited 3,4 miliar lembar alias 27,63 persen, Sentratama Kencana 555,8 juta lembar alias 4,52 persen, Woluco Prima Indonesia 11,57 juta saham atau 0,09 persen, dan masyarakat 8,33 miliar lembar setara 67,76 persen. (*)