EmitenNews.com - Kopi sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun perkotaan. Salah satunya Liber.co, kedai kopi di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat.


Lang Jagat (37) memulai usaha dengan menjual bubuk kopi dalam kemasan pada tahun 2018. Pria yang sehari-hari bekerja sebagai dosen di Program Studi Multimedia memutuskan untuk berjualan kopi ketika mengikuti pelatihan kewirausahaan. Saat itu, dirinya diminta untuk mencari inspirasi bisnis dengan target mengangkat bisnis yang memiliki bahan baku dekat dengan tempat tinggal calon wirausaha."Saat itu saya punya beberapa referensi komunitas yang ada di Desa Sempadian, Kecamatan Tekarang. Ada peluang usaha, namun tidak dapat dikembangkan, salah satunya kopi. Jadi saya putuskan untuk mengembangkan kopi Liberica," kata Ayah tiga anak ini.


 Bertempat di Kompleks Politeknik Negeri Sambas (Poltesa), Lang Jagat membuka kedai kopi Liber.Co sesuai dengan salah satu tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian masyarakat. “Selain mengajar, dosen punya tugas lain salah satunya pengabdian masyarakat. Fokus kami mengembangkan bisnis kopi berbasis pada ilmu teknologi yang bisa didekatkan ke masyarakat dengan tujuan untuk peningkatan ekonomi mereka,” ungkap Lang Jagat. 


Sulit ketika pandemi covid-19, akhirnya buka kedai kopi 


Lang Jagat merasakan dampak di enam bulan pertama pandemi covid-19, terutama dalam sisi pemasaran. "Sangat terasa di bulan Maret sampai Agustus 2020. Pengiriman bubuk kopi terhenti karena kafe yang biasa stok dengan kita harus tutup toko. Jadi, saya hanya mengandalkan bubuk yang dibeli lokal untuk konsumsi rumahan," ucap pria 37 tahun.


Sebelum pandemi, Liber.co dapat mencapai omset 8 - 10 juta per bulan. Setelah covid-19 hadir, turun menjadi 2 - 3 juta per bulan. Namun, Lang Jagat tidak menyerah. Dirinya memutuskan membuka kedai kopi. Kedai ini dibuka dalam Kompleks Poltesa karena kampus melihat ada potensi pada industri ini. "Kampus memiliki program yaitu proses inkubasi. Setiap start up yang memiliki potensi, akan dibantu untuk punya omset besar dalam waktu dekat supaya berkembang," tambah Lang Jagat.


Kedai kopi Liber.co memiliki lima karyawan, terdiri dari dua karyawan tetap dan tiga karyawan magang dari mahasiswa. "Untuk mahasiswa, kita memberi kesempatan kepada mereka agar memiliki pengalaman sebelum masuk dunia kerja," terang Lang Jagat.


Hadir dengan model kopi informatif


Penjualan kopi per hari sebanyak 50 gelas dengan variasi harga 7 - 15 ribu rupiah. Melihat tren kopi yang semakin meningkat setiap tahunnya, Lang Jagat yakin dapat bersaing di Kabupaten Sambas. “Awal-awal buka belum terlihat, masuk tahun ketiga (2020) respon masyarakat bagus. Mulai terlihat peralihan dari kopi biasa menjadi kopi menengah (lebih mahal),” ucap Lang Jagat ketika ditanya soal respon masyarakat terhadap Liber.co.


Lang Jagat menonjolkan bagaimana Liber.co dapat meningkat harga jualnya dengan teknologi, keunikan, dan penyediaan informasi kepada konsumen. "Kita coba hadirkan kopi Liberica sebagai lifestyle dengan model informatif lewat variasi olahan dan rasa yang berbeda dari robusta dan arabica. Jadi, setiap konsumen yang datang bukan hanya datang sekedar minum kopi, tetapi harus mengetahui informasi tentang kopi Liberica," ucap Lang Jagat.


Proses pengolahan


Untuk menjadi bubuk kopi, mulanya Lang Jagat melakukan sortir untuk memilih buah matang dengan kualitas terbaik, kemudian dilanjutkan proses pengolahan. "Proses pengolahan ada empat, tetapi proses olahan dengan jumlah banyak hanya dua, yaitu natural processing dan wine processing. Untuk wine processing, dilakukan pembersihan supaya tidak ada tumbuh jamur yang merugikan, tapi tumbuh bakteri yang mampu mengubah gula di kulit buah itu menjadi rasa manis menyerap ke biji kopi. Secara umum, alkohol tidak akan menempel, hanya aroma wine saja" lanjut dosen dengan pendidikan S2 komputer simulasi modeling.


Dari buah olahan, kemudian masuk dalam tahap roasting. Kemudian dijual dalam bentuk roast bean ke cafe-cafe. Sementara dari sisi produksi, Lang Jagat merasakan kendala dalam kuantitas ketersediaan buah kopi. “Kuantitas menjadi kendala. Dari supplier tetap untuk buah 500 kg saja sudah susah dicari, padahal kemampuan olahan kita bisa diatas itu” terang Lang Jagat.


Harapan


Harapan Lang Jagat untuk Kota Sambas adalah memiliki komoditas asli daerah. “Harapan saya, Kabupaten Sambas punya komoditas asli daerah yang bisa jadi ciri khas dan diperkenalkan di luar, salah satunya kopi. Kopi yang tidak hanya di lokal, tapi di regional, nasional hingga penjajakan ekspor ke luar negeri,” ungkap Lang Jagat.


Sementara harapan untuk Poltesa, kampus dapat membantu dari sisi pengetahuan dan teknologi tepat guna. “Untuk kampus (Poltesa), teknologi tepat guna dan keilmuan dapat diimplementasikan di masyarakat agar mampu buka usaha sendiri/wirausaha,” tambah Lang Jagat.


Dari sisi pemerintah, Lang Jagat meminta dukungan dalam hal penyediaan fasilitas untuk perluasan kebun milik masyarakat. “Dengan tumbuhnya industri masyarakat, semoga dapat dukungan dari pemerintah dalam hal penyediaan fasilitas untuk perluasan kebun kopi berbasis masyarakat, bukan swasta,” tutup Lang Jagat. (LW)