EmitenNews.com - HM Sampoerna (HMSP) memantapkan posisi sebagai salah satu perusahaan dengan nilai investasi dan serapan tenaga kerja signifikan. Itu diwujudkan dengan menciptakan nilai jangka panjang, dan berkelanjutan bagi masyarakat hingga mitra bisnis. Sampoerna telah beroperasi selama 110 tahun di Indonesia dengan prinsip Lingkungan, Sosial, dan Tata Kelola (ESG).


”Kerangka kerja itu, diintegrasikan dalam setiap aspek bisnis, dan aktivitas melalui program payung 'Sampoerna untuk Indonesia' untuk memastikan peran kami dalam melaksanakan program berdampak nyata terhadap ekonomi, pelestarian lingkungan, dan masyarakat luas," tutur Vassilis Gkatzelis, Presiden Direktur Sampoerna.


Sebagai perusahaan dengan nilai investasi lebih dari USD6,3 miliar sejak 2005, Sampoerna merealisasikan tambahan investasi di awal 2023 dengan fasilitas produksi baru untuk produk tembakau inovatif bebas asap di Karawang, Jawa Barat dengan fokus ekspor ke Kawasan Asia Pasifik dan pasar domestik. Lalu, memperkenalkan inovasi terkini berbasis sains, dan teknologi produk tembakau bebas asap, yaitu IQOS ILUMA. 


Pada kuartal III-2023, seiring fasilitas produksi baru, Sampoerna menuntaskan pembangunan laboratorium pengujian dan analisis kelas dunia dengan fasilitas mutakhir, khususnya produk tembakau inovatif bebas asap. ”Sejumlah capaian itu, langkah penting menyediakan produk bebas asap berdasar sains, dan teknologi. Meski tidak bebas risiko, produk tembakau bebas asap itu, alternatif bagi perokok dewasa yang merokok," ulasnya.


Realisasi investasi itu, upaya Sampoerna mendukung prioritas pemerintah mendorong investasi, meningkatkan ekspor barang jadi bernilai tinggi, dan hilirisasi industri. ”Investasi jangka panjang Sampoerna bukti kepercayaan kami akan kepastian iklim investasi dan usaha Indonesia. Sampoerna mewujudkan komitmen penciptaan nilai tambah ekonomi, dan dampak sosial dengan peningkatan kapasitas penelitian, pengembangan produk bebas-asap berlandaskan sains, penyerapan tenaga kerja dengan keterampilan tinggi, pembelian pasokan tembakau lokal, pemberdayaan UMKM, pengoperasian pusat layanan digital, dan peningkatan kinerja ekspor," jelas Vassilis.


Selaras komitmen penciptaan nilai, Sampoerna berupaya mempertahankan posisi kompetitif, dan mengatasi tekanan industri tembakau sebagai akibat dari kenaikan tarif cukai jauh di atas angka inflasi, jarak tarif cukai antara golongan 1, dan segmen golongan di bawah makin lebar, dan peredaran rokok ilegal makin meluas. Secara keseluruhan, periode Januari-September 2023, volume industri rokok turun 5,0 persen dibanding periode sama tahun lalu.


Sedang segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT) mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan dengan perbaikan pangsa pasar. Di mana, sampai kuartal III-2023 mencapai sekitar 27 persen. Perbaikan kinerja SKT mulai terlihat beberapa tahun terakhir setelah mengalami penurunan pangsa pasar berkelanjutan, yaitu dari 37 persen pada 2006 menjadi 17 persen pada 2019. Pemulihan segmen SKT didorong kebijakan Pemerintah untuk cukai produk tembakau, khususnya sejak 2021, mempertimbangkan aspek serapan tenaga kerja pada segmen SKT.


Sejalan tren pemulihan segmen SKT, Sampoerna sebagai produsen SKT dengan merek dagang Dji Sam Soe, dan Sampoerna Kretek, bakal menyerap puluhan ribu tenaga kerja baru tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Barat untuk fasilitas produksi SKT. Penyerapan tenaga kerja itu,n membuka lapangan kerja baru sekaligus menciptakan efek berganda bagi masyarakat setempat.


Realisasi rencana itu, dimulai dengan pembukaan fasilitas produksi baru SKT Sampoerna Kota Blitar, Jawa Timur, dan Kabupaten Tegal, Jawa Tengah pada semester I-2024. Saat ini, pemilihan lokasi dan proses persiapan tengah dilakukan di kedua area tersebut, termasuk rencana perekrutan karyawan.


”Penambahan fasilitas produksi SKT Sampoerna melalui investasi mencapai Rp638 miliar sekitar USD42 juta akan memperkuat portofolio SKT Sampoerna sejak 1913. Kami optimistis langkah Sampoerna meningkatkan kesempatan kerja sektor formal bagi masyarakat sekaligus menciptakan multiplier effect bagi pertumbuhan ekonomi dan menjadi salah satu pendorong pertumbuhan wilayah,” tegasnya.


Sampoerna telah melaporkan rencana itu, kepada kepala daerah, dan dinas terkait. Dukungan pemerintah daerah, dan pusat diharap terus berlanjut dalam bentuk kebijakan mendukung sektor industri padat karya SKT. ”Kami mengapresiasi dukungan positif pemerintah daerah terhadap rencana kami menambah serapan tenaga kerja Kota Blitar, dan Kabupaten Tegal,” beber Vassilis.


Saat ini, Sampoerna mengoperasikan 4 fasilitas produksi SKT di Surabaya, Malang, dan Probolinggo. Lalu, 2 fasilitas produksi sigaret mesin di Pasuruan dan Karawang. Dan, 1 fasilitas produksi produk tembakau inovatif bebas asap di Karawang, Jawa Barat. Selain itu, Sampoerna bermitra dengan 38 Mitra Produksi Sigaret (MPS) tersebar pada 28 kabupaten/kota di Pulau Jawa.


MPS dimiliki dan dioperasikan pengusaha daerah dan/atau koperasi setempat untuk memproduksi merek-merek SKT Sampoerna. Saat ini, total tenaga kerja Sampoerna mencapai lebih dari 76 ribu orang, secara langsung dan tidak langsung. Di mana, sekitar 90 persen di antaranya pekerja fasilitas produksi SKT.


Selain pembukaan fasilitas produksi SKT, juga akan terjadi penambahan serapan puluhan ribu tenaga kerja baru dilakukan MPS di Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Barat. Lalu, menambah 5 MPS baru di Jawa Timur, dan Jawa Tengah Semester I-2024. Pada 2024, mitra Sampoerna dalam memproduksi SKT akan menjadi 43 MPS di Pulau Jawa. ”Penambahan fasilitas produksi Sampoerna dan MPS akan menambah kemitraan dengan pengusaha daerah/koperasi setempat, total serapan tenaga kerja, meningkatkan penyerapan bahan baku tembakau, dan cengkeh dari petani Indonesia. Penggunaan bahan baku rokok buatan tangan membutuhkan dua kali lebih banyak tembakau dan cengkeh dibanding rokok buatan mesin," jelas Vassilis.


Sampoerna konsisten mendukung kesejahteraan para karyawan SKT. Saat ini, Karyawan SKT didominasi perempuan yang mengemban peran ganda sebagai tulang punggung keluarga. ”Kami bangga dengan penciptaan nilai selama 110 tahun terakhir,” ucap Vassilis.


Kelangsungan industri tembakau nasional bergantung pada kerangka kerja terprediksi. Meliputi kebijakan cukai, regulasi produk tembakau, kebijakan lain berperan mendorong inovasi, dan teknologi berdasar sains untuk menawarkan alternatif produk tembakau bagi perokok dewasa. Itu akan berdampak langsung terhadap produsen, serapan tenaga kerja, penggunaan bahan baku tembakau dan cengkeh, dan keseluruhan rantai nilai sehingga menciptakan nilai ekonomi tingkat daerah, dan nasional.


”Kami berharap penambahan puluhan ribu karyawan melalui pembukaan pabrik Kota Blitar dan Kabupaten Tegal, penambahan 5 MPS baru, penambahan karyawan pada MPS eksisting akan meningkatkan serapan tenaga kerja sektor formal, dan berkontribusi pada ekonomi daerah dan nasional. Ini komitmen Sampoerna untuk ekosistem rantai nilai lebih luas," tegas Vassilis. (*)