EmitenNews.com—PT Lion Metal Works Tbk (LION) membudgetkan kinerja Perseroan untuk tahun 2023 penjualan sebesar Rp 450 miliar. Project pembangunan infrastruktur dan kilang yang masih digalakkan oleh Pemerintah akan membawa angin segar untuk produk Perseroan.


Merujuk data bahan paparan public expose LION yang di kurtip, Jumat (25/11/2022) manajemen perseroan mengungkapkan, pembangunan dibidang logistik juga akan membawa pertumbuhan untuk produk Perseroan. Serta kerjasama dengan negara lain dalam meningkatkan produk Perseroan.


Namun, tertera bahwa ada beberapa kendala yang menjadi hambatan perseroan diantaranya Bahan baku untuk produk lokal lebih mahal dibandingkan dengan produk import.


Sektor properti/perkantoran masih mengalami kelebihan pasokan dan banyak perusahaan masih melakukan WFH dan mengurangi aktivitas formal, menyebabkan permintaan untuk peralatan perkantoran masih lemah.


Pemerintah Indonesia terus menghimbau masyarakat untuk mempersiapkan diri menghadapi ancaman krisis dengan ketidakpastian. Volatilitas harga komoditas yang tinggi dan fluktuasi nilai tukar dapat mempengaruhi kinerja Perseroan.


Pada awal tahun 2022 harga saham LION sebesar Rp350,- harga pada tanggal 23 November adalah sebesar Rp410,- dimana selama tahun 2022 harga tertinggi sebesar Rp476,- dan terendah sebesar Rp300,-. Perseroan sampai saat ini belum memiliki rencana untuk tindakan korporasi.


Pada tanggal 6 Agustus 2021 Perseroan telah mendapatkan project RDMP Balikpapan JO (Phase 1&2) dengan nilai Rp187 miliar untuk mensupply electrical cable tray & accessories, dan telah mengalami beberapa revisi, yang terakhir direvisi pada tanggal 14 September 2021 menjadi Rp 158 miliar. Project ini akan dipenuhi secara bertahap hingga akhir Juli 2023.


Pada tanggal 21 Oktober 2022 Perseroan mendapatkan lagi project RDMP untuk phase 3 dengan nilai Rp90 miliar untuk produk yang sama yaitu electrical cable tray & accessories. Dengan adanya pandemi covid-19 mengakibatkan permintaan sektor perkantoran melemah yang berpengaruh pada permintaan produk Perseroan yaitu produk Office Equipment. Saat ini banyak perusahaan dibidang logistik yang mengakibatkan meningkatnya produk Perseroan untuk pergudangan.


Dari tinjauan ekonomi, Pandemi Covid-19 berlangsung hampir tiga tahun, dengan varian yang berubah ubah dari Alpha, Beta, Delta, Omicron dan sekarang XBB, dengan upaya pencegahannya melakukan PPKM (Pembatasan Pergerakan Kegiatan Masyarakat) yang mengakibatkan banyaknya Perusahaan yang melakukan wfh (works from home). 


Perang dagang antara Amerika Serikat, dan China masih terus berlangsung yang mengakibatkan harga barang berfluktuasi. Perang antara Ukraina dan Rusia menyebabkan krisis energi, pangan dan ekonomi sehingga mengakibatkan meningkatnya inflasi di berbagai negara dan supply chain di beberapa negara terganggu. 


Untuk meredam inflasi yang tinggi di Amerika Serikat, Federal Reserve telah menaikkan suku bunga hingga saat ini mencapai sebesar 3,75% - 4,00%, sehingga banyak investor menarik dananya kembali ke Amerika dan mengakibatkan mata uang di berbagai negara terdepresiasi. Pertumbuhan ekonomi global mengalami perlambatan dari yang diproyeksikan diawal tahun 2022, yang diprediksi ketidakpastian ekonomi global dengan inflasi yang cukup tinggi serta menuju kepada resesi.


Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada Triwulan III-2022 kembali mencatatkan kinerja yang baik dengan pertumbuhan sebesar 5,72% (yoy) melanjutkan tren pertumbuhan yang solid sejak awal tahun 2022. Dengan ditopang oleh fundamental ekonomi dalam negeri yang kuat, kinerja ekonomi Indonesia masih tetap terjaga meskipun ekonomi global sedang mengalami perlambatan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia juga hampir terjadi di seluruh sektor lapangan usaha selama Triwulan III-2022. 


Sektor Industri Pengolahan sebagai kontributor terbesar PDB tumbuh positif sebesar 4,83% (yoy). Sektor utama lainnya, seperti Sektor Pertambangan dan Pertanian mengalami pertumbuhan, masing-masing sebesar 3,22% (yoy) dan 1,65% (yoy). Di saat yang sama, Sektor Transportasi dan Pergudangan merupakan sektor dengan pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 25,81% (yoy). Pemerintah menjaga stabilitas harga barang untuk inflasi yang stabil.


Nilai tukar Rupiah mengalami pelemahan terhadap mata uang Amerika Serikat, dimana pada awal tahun kurs tengah BI sebesar Rp14.269,-hingga pada tanggal 22 November 2022 sebesar Rp15.707,- Suku Bunga BI mengalami peningkatan dari awal tahun 2022 hingga di November 2022 menjadi sebesar 5,25% Pada awal tahun 2022 harga komoditas meningkat cukup tinggi, hal ini mempengaruhi harga bahan baku Perseroan berfluktuasi cukup tajam.