EmitenNews.com - Pemerintah mengkaji aturan baru yang menjadi acuan bagi perusahaan tambang agar dapat menerapkan tanggung jawab lingkungan. Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni akan mengajak PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) untuk berdiskusi terkait pengelolaan tambang yang nantinya dapat dikaji menjadi sebuah aturan baru. 

Dalam keterangannya yang dikutip Minggu (15/6/2025), Menhut Raja Juli Antoni mengaku telah mengunjungi reklamasi pada area bekas tambang milik Vale Indonesia, di Sorowako, Sulawesi Selatan. Dari situ, politikus PSI ini, mengaku melihat bekas area penambangan dapat dikembalikan menjadi hutan kembali. Bagusnya lagi, hasil limbah tambang di wilayah Vale Indonesia itu, dapat diolah menjadi produk bernilai tambah.

"Nanti kita formulasikan best practice apa yang bisa pelajari dari sini, lesson-learn apa yang bisa kita pelajari dari sini. Nanti kami akan buat sebuah aturan baru, juklak-juknis baru, yang kemudian bisa kita enforce nanti," ujar Raja Juli Antoni, di Taman Kehati Sawerigading Wallacea, Sorowako, Sulawesi Selatan, Jumat (13/6/2025).

Raja Juli mengungkapkan, proses pertambangan yang dilakukan oleh Vale Indonesia sudah memenuhi aturan dan menerapkan prinsip berkelanjutan. Ia mencatat, sumber energinya dari air, kemudian kaedah-kaedah lingkungan hidupnya dipenuhi. 

“Dalam konteks kami di perhutanan kami berikan PPKH, tetapi kemudian mereka dapat mereklamasi dengan baik, menanam pohon, bahkan ada yang dari 2005 sudah hampir sama dengan hutan alam. Ini menandakan bahwa sebenarnya antara pembangunan dengan lingkungan itu bisa sejalan," jelasnya.

Raja Juli memaparkan, ekologi dan ekonomi dapat berjalan beriringan jika aturan dipenuhi dengan baik. "Tidak kongkalingkong, tidak negosiasi, dan pihak swastanya juga memiliki komitmen tinggi untuk memberikan yang terbaik bagi alam."

Selanjutnya, Raja Juli akan meminta pemangku kebijakan dan mengumpulkan pengusaha tambang untuk membuka ruang serta memberikan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan (PPKH). "Kemudian juga diikuti dengan tanggung jawab yang maksimal untuk keberlanjutan alam kita, untuk anak cucu kita."

Plt. Presiden Direktur INCO, Bernardus Irmanto mengatakan, di tengah upaya nasional menuju transisi energi bersih, pelestarian hutan tropis, dan tata kelola industri yang akuntabel, pihaknya berperan sebagai mitra strategis pemerintah yang mampu menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dengan perlindungan lingkungan secara nyata.

Bernardus memahami bahwa mewujudkan pertambangan yang berkelanjutan bukanlah tugas yang sederhana. Namun, ia percaya, ini adalah tanggung jawab yang tak bisa ditunda. “Kami tidak mengklaim telah sempurna, namun kami terus berupaya belajar, berbenah, dan melangkah maju agar kehadiran kami memberikan nilai nyata bagi masyarakat, lingkungan, dan negara."

Komitmen tersebut dilakukan INCO melalui sejumlah upaya. Di antaranya, rehabilitasi area di dalam dan di luar wilayah konsesi yang mencapai luasan 3x lipat area yang telah dibuka Vale untuk kegiatan pertambangan.

Sampai akhir 2024, sebanyak 3.791 hektare dalam konsesi dan 17.264 Ha di luar konsesi telah ditanam masing-masing lebih dari 5 juta dan 12 juta pohon yang tersebar di 32 kabupaten pada 5 provinsi. Lebih dari 40% pohon yang ditanam adalah pohon lokal dan endemik termasuk 80 ribu pohon ebony di area Luwu Timur.

Praktek reklamasi pascatambang secara progresif untuk meminimalkan luasan bukaan dan mengurangi resiko erosi dan sedimentasi. Lebih dari 60% lahan yang dibuka untuk pertambangan telah direklamasi.

Dalam pelaksanaan reklamasi, Vale menggunakan pendekatan ekosistemik, termasuk melakukan konservasi spesies tanaman untuk menjaga keanekaragaman hayati baik di lokasi tambang maupun di luar lokasi tambang. Kegiatan reklamasi ini didukung dengan adanya fasilitas Nursery modern dengan kapasitas produksi 700 ribu bibit per tahun.

Di luar itu, Vale juga membangun Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Sawerigading Wallacea sebagai pusat pelestarian biodiversitas lokal. Serta, pemanfaatan 100% energi bersih dari PLTA untuk proses peleburan di pabrik pengolahan nikel, yang berkontribusi menghindari emisi karbon sekitar ±1 juta ton CO? setiap tahun. ***