EmitenNews.com - Indonesia memiliki potensi investasi yang besar, antara lain didukung sektor jasa keuangan yang tetap stabil di tengah kondisi pandemi Covid-19. Laju intermediasi sektor perbankan terus meningkat. Februari sudah tumbuh 6,3 persen yoy dengan risiko terkendali, seperti terlihat dari data NPL gross 3,1 persen.


Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengemukakan hal tersebut dalam kunjungan kerjanya ke Amerika Serikat. Di Negeri Paman Sam itu, ia menghadiri sejumlah pertemuan dengan kalangan pebisnis dan para tokoh ekonomi serta akademisi di sejumlah kampus di Kota New York.


Dalam forum "The Indonesia B20 Roadshow: Indonesia-US Business Forum" yang dilaksanakan di Kantor Konsulat Jenderal Republik Indonesia, New York, akhir pekan ini, kepada kalangan pebisnis Wimboh Santoso menyampaikan besarnya potensi investasi Indonesia itu. Bagusnya, karena didukung sektor jasa keuangan yang tetap stabil di tengah kondisi pandemi Covid-19.


B20 merupakan forum lanjutan dari G20 yang mewakili bisnis internasional. Forum ini turut dihadiri oleh Ketua Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Arjad Rasjid beserta jajaran.


Indonesia memiliki potensi investasi sangat menarik karena selain didukung jumlah populasi penduduk 274 juta yang sebagian besar usia produktif, kondisi perekonomian juga sangat baik dan terus bertumbuh pulih dari dampak tekanan pandemi Covid-19.


Untuk ekonomi digital, Wimboh Santoso percaya, Indonesia akan menjadi nomor satu di Asia Tenggara. Kontribusi transaksi pada tahun 2025 diperkirakan dapat mencapai USD124 miliar. “Dan kami memiliki 17.000 pulau. Kami adalah pusat sumber daya alam. Kami banyak berkembang dalam sektor pertambangan, pertanian, kelapa sawit, perikanan dan pariwisata."


Dalam mendukung pembangunan berkelanjutan, Wimboh menjelaskan bahwa OJK telah mengeluarkan sejumlah kebijakan di bidang green economy. Antara lain menerbitkan dokumen Taksonomi Hijau yang akan menjadi panduan aktivitas ekonomi yang melindungi lingkungan hidup dan perubahan iklim.


Wimboh Santoso mengungkapkan, industri Perbankan Indonesia juga menunjukkan ketahanan yang konsisten dengan tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR) saat ini sebesar 25,8 persen. Angka di atas 20 persen ini konsisten terus meski melewati masa pandemi, dan bahkan terus membaik. Hal ini menunjukkan perbankan Indonesia sangat aman menghadapi potensi risiko di masa depan.


Selain itu, kinerja di sektor Pasar Modal juga terus menunjukan tren positif. IHSG pada 14 April 2022 berada pada angka 7.235,53 (9,94 persen ytd) dan mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Perolehan dana juga terus mencerminkan optimisme pasar dengan 18 Initial Public Offerings (IPO) sepanjang tahun 2022, dengan nilai Rp19,21 triliun.


Untuk Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) juga stabil dan kuat. Tercatat Risk Based Capital (RBC) pada asuransi jiwa dan asuransi umum dan reasuransi terjaga dengan baik masing-masing di 535,7 persen dan 323,1 persen. Pembiayaan dari perusahaan pembiayaan juga membaik, tumbuh 2,43 persen yoy. Untuk Non Performing-Finance (NPF) perusahaan pembiayaan juga stabil di 3,25 persen.


Data kinerja industri jasa keuangan yang stabil dan prospeknya bagus itu menurut Wimboh merupakan informasi sangat bagus bagi para calon investor asing yang ingin berinvestasi di perusahaan-perusahaan jasa keuangan, ataupun berinvestasi di sektor usaha lainnya di Indonesia. ***