EmitenNews.com - Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi mengklaim bantuan beras berhasil menjaga inflasi, meski belum mampu menurunkan harga. Bantuan pangan beras telah disalurkan dalam dua tahap kepada 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) pada 2023.

 

"Harus diakui bahwa bantuan pangan dan SPHP (Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) belum berhasil menurunkan harga, tapi berhasil menurunkan inflasi. Harga beras masih relatif tinggi. Jadi artinya harga beras itu stabil, tapi relatif tinggi," kata Dirut Bulog Bayu Krisnamurthi saat Konferensi Pers Keberhasilan Bantuan Pangan Beras Menahan Laju Inflasi di Gedung Bulug Pusat di Jakarta, Kamis (11/1/2024).

 

Penurunan harga belum terjadi, karena produksi padi yang memang menurun pada 2023 dibandingkan 2022. Data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2022 terdapat surplus sekitar 1 juta ton beras. Sedangkan pada 2023 hanya surplus sekitar 300 ribu ton.

 

"Belum berhasil menurunkan harga karena memang kondisi produksi situasinya masih berat bahkan berlanjut sampai dengan saat ini," ucapnya.

 

Bulog juga telah menyalurkan beras SPHP sebanyak 1,2 juta ton sepanjang tahun guna menekan harga beras di masyarakat. Beras SPHP dijual di tingkat komersial dengan harga cukup murah dibandingkan beras sejenisnya. 

 

Di sejumlah daerah, penyaluran beras SPHP terbukti mampu menekan harga beras dan ada kecenderungan turun.

 

"Kuncinya masih tetap harus diproduksi. Tambahan dari impor yang 2 juta ton atau mungkin bisa lebih, itu hanya bisa menjaga. Mengisi iya, tadinya terjadi kekurangan tapi bisa jadi turun? paling tidak di tahun 2023 itu tidak terbukti," tutur Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthinya. ***