EmitenNews.com - Pelayaran Nasional Ekalya Purnamasari (ELPI) sepanjang 2023 mencatat pendapatan Rp1,078 triliun. Melesat 70 persen dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya Rp632,83 miliar. Merujuk data laporan keuangan emiten pelayaran ini disampaikan pada keterbukaan informasi, Sabtu (30/3/2024), disebutkan peningkatan itu, ditunjang sejumlah peranti.

Misalnya, pembaharuan kontrak kerja sama, optimalisasi utilisasi armada kapal, dan ekspansi bisnis saat ini tengah berjalan. Secara segmentasi bisnis, sepanjang 2023, Offshore membukukan lonjakan pendapatan, dan tetap mendominasi dengan nilai Rp633,98 miliar atau setara 59 persen. Segmen Non-Offshore naik 41 persen menjadi Rp444,66 miliar.

Sejak listing 2 tahun lalu Pelayaran Nasional, telah mempersiapkan ekspansi selain bidang Offshore, dan so far telah memberi dampak positif bagi kinerja konsolidasi laporan keuangan audit tahun buku 2023 hingga mencapai 41 persen dari total pendapatan Rp1,07 triliun. 

Nah, dari 2 kinerja-kinerja entitas anak ELPI Nusantara Armada (ENA) bergerak bidang Tug & Barge angkutan batu bara, dan Samudera Luas Sejahtara Abadi bidang Bulk & Transhment memberi kontribusi Rp444,66 miliar meski pendapatan offshore masih memberi kontribusi terbesar yaitu Rp633,98 miliar. 

”Peningkatan revenue bidang Offshore, dan non-Offshore membawa dampak positif pada laba ELPI pada 2023 senilai Rp161,19 miliar atau meningkat 55 persen dari tahun buku 2022 sebesar Rp.103,90 miliar atau meningkat sebesar Rp.57,28 miliar,” tambah Efilya, akrab dipanggil Lya. 

“Kemampuan ELPI atas debt equity ratio dari tahun ke tahun menanjak menjadi 26 persen dari 14 persen. Itu menandakan kemampuan ELPI atas kewajiban sangat positif. Total aset ELPI sebesar Rp2,36 triliun dengan ekuitas Rp1,86 triliun, dan liabilitas Rp493,57 miliar. Kenaikan liabilitas sejalan investasi, ekspansi, dan eksplorasi pada entitas anak ENA & SLSA. 

Itu atas pengadaan kapal tug & barge dan mother vessel. Namun, performa ENA & SLSA telah memberi  dampak pada revenue konsolidasian ELPI 41 persen. ELPI berhasil mencatat peningkatan EBITDA 29 persen menjadi Rp311,64 miliar. Aspek solvabilitas, Debt to Equity Ratio (DER), Debt Service Ratio (DSCR) dan Current Ratio masing-masing tercatat 503 persen, 5,38 persen, dan 26 persen. 

”Itu menunjukkan grup mampu menjaga, dan memenuhi covenant ditetapkan bank kreditur yaitu untuk DER kurang dari 230 persen, DSCR di atas 1 kali 100 persen, dan Current Ratio di atas 1 kali 100 persen,” detail Lya. 

Eka Taniputra, Direktur Utama Pelayaran Nasional menambahkan sejak 2020 perseroan telah mempunyai roadmap bisnis saat ini telah direalisasikan, dan 2-3 tahun ke depan merupakan momen pencapaian laba signifikan, dan lebih besar bagi entitas anak untuk laporan keuangan konsolidasian. Itu karena ENA pada tahap I telah merampungkan 5 kapal set tug & barge, saat ini telah beroperasi.

Di mana, selama ini dari total kontrak + 20 kapal set tug & barge masih menggunakan kapal pihak ketiga. Namun, pada kuartal kedua sudah tergantikan dengan 5 kapal milik sendiri, dan juga telah mengalokasikan Capex Rp1 triliun untuk ekspansi perseroan, dan entitas anak termasuk ENA dan SLSA. 

Untuk ENA, perseroan memberi target edisi 2024-2025 berencana menambah armada sebanyak 5 set tug & barge, dan segera dioperasionalkan. Dengan begitu, memperkuat posisi bidang tug & barge, tentu akan berdampak positif pada laporan keuangan Pelayaran Nasional. 

”Nah, dari alokasi Capex Rp1 triliun tersebut, selain untuk investasi tug & barge, offshore support vessel, ke depan perseroan juga telah berencana memperkuat posisi entitas anak SLSA dengan menambah 1 unit kapal Mother Vessel jenis Supermax atau Panamax tergantung kebutuhan, dan opportunity,” imbuh Eka. 

Nanti, SLSA meski baru beroperasi April 2023, siap bersaing dengan mempunyai 1 kapal Mother Vessel Supramax dan 1 kapal Mother Vessel jenis Supermax/Panamax lebih besar untuk operasional bulk & transhipment dari Kalimantan Timur ke Sulawesi Tengah. 

Selain itu, Pelayaran Nasional juga berencana mengadakan 4 offshore support vessel baik jenis AHT, AHTS & LCT agar perseroan yakin akan mampu mengeksplorasi pekerjaan offshore di Malaysia sebagai marine contractor memberi solusi kemaritiman berkelanjutan secara menyeluruh pada 3 wilayah pembagian kerja Malaysia yakni Sarawak, Semenanjung, dan Sabah,” tukas Eka Wawan Heri Purnomo, Corporate Secretary Saraswanti.

Pencapaian dan kiprah Pelayaran Nasional bidang non-offshore masih belum selesai. Pada semester mendatang, melalui afiliasi akan memberi sumbangsih bagi Indonesia untuk bidang pendidikan. Jadi, perseroan akan merambah dunia pendidikan. Pendidikan akan memberi kebanggaan bagi Indonesia atas perwira pelaut Indonesia sehingga dapat bersaing & berkiprah di luar negeri dengan perwira pelaut asing,” beber Eka. 

Perseroan memperkirakan kinerja lebih baik pada 2024 dengan melakukan perluasan wilayah operasional, dan ekspansi lini bisnis baru. Baik melalui pengalokasian belanja modal untuk ekspansi, eksplorasi entitas usaha, afiliasi, dan penambahan armada baru untuk menunjang kebutuhan offshore, dan transshipment. Kondisi itu, akan memberi dampak sangat positif bagi grup untuk mencapai target sesuai ekspektasi. (*)