Dalam kesempatan ini, Bharat juga menyampaikan rasa optimismenya menatap tantangan ke depan mengingat, skill dan kompetensi SDM perusahaannya yang tidak kalah dibanding dengan SDM-SDM perusahaan multinasional. 


“Dulu mungkin SDM kita kalah jauh dengan multinasional. Tapi saat ini kami lihat mereka sudah jauh lebih mempunyai skill yang memadai dan mampu berpikir strategis dengan cepat”, ujarnya.


Hal ini kami buktikan kami mampu bertahan di tengah situasi sulit tapi mereka mampu dengan cepat mengambil keputusan di saat perusahaan multi nasional masih berpikir ulang, tutup Bharat.   


Sementara Dirut PT Bluebird Tbk (BIRD) Sigit Priawan Djoko Soetono menyampaikan salah satu strategi Blue Bird dalam menjawab tantangan masa pandemik yang mulai beranjak ini adalah efisiensi dan melibatkan banyak karyawan terlibat di think tank. 


Sehingga banyak muncul ide-ide kreatif untuk membuat perusahaan tetap agile.  Selain itu juga tidak ada pengurangan karyawan. Namun ia juga mengakui, hubungan dengan supplier juga tetap tidak bisa diremehkan. “Sehingga ketika kita mengalami kesulitan, renegosiasi bisa diterima, kendati triwulan pertama kita sempet bingung, mesti cutting cost, tapi kita nggak ada pengurangan”, kata Sigit. 


Ia juga menyatakan justru di tengah pandemik itu muncul ide-ide baru sehingga perusahaannya bisa melihat peluang-peluang baru. Misal bisnis B to B menjadi peluang baru karena ternyata banyak perusahaan yang tidak bersedia memelihara aset kendaraan dan memilih sewa.


Terkait soal kebijakan green economy, perusahaannya juga terus berusaha meningkatkan kebijakan pengurangan carbon. Yakni selain akan memperbanyak penggunaan bahan bakar CNG juga ke depan akan terus memperbanyak unit kendaraan listrik. 


Namun ia mengakui untuk kendaraan listrik ini mesti dipikirkan ekosistem dan sarana penunjang lain. Seperti depresiasi kendaraan dan prasarana lain. Namun ia mengakui kendaraan listrik bisa menghemat konsumsi energi 70-80% dan sparepart hingga 50% namun harga kendaraan masih tergolong mahal.