EmitenNews.com-Pandemik mulai beranjak, mobilitas bergerak maka emiten pun mulai melonjak. Demikian tema yang diangkat dalam “Emiten Talk”, yang diselenggarakan Kamis sore (11/8/2022), di Monsieur Spoon Jakarta. 


Dalam kesempatan ini Pemimpin Umum EmitenNews.Com, Nicky Hogan mengatakan, pentingnya peran analis dan pers untuk terus meningkatkan pengetahuan dan informasi seputar pasar modal. 


Karena mengutip Dirut BEI Iman Rachman dalam sambutan HUT 45 tahun dari 4 juta investor yang aktif hanya sekitar tidak sampai 10%. “ Masih banyak investor yang butuh knowledge dan informasi agar mereka bisa aktif”, ujar Nicky ketika membuka Emiten Talk seri 2. 


Selain itu ia juga mengatakan acara ini menjadi momen yang bagus bagi media , analis, emiten dan pemangku kepentingan untuk saling berbagi pengalaman dan pengetahuan untuk menghadapi tantangan kedepan.


Sedang Eko Listiyanto,  Wakil Direktur INDEF menyatakan tantangan hingga 2 tahun kedepan ini memang menarik karena situasi geopolitik maupun domestik yang dinamis. Eko menyatakan salah satu yang perlu diwaspadai adalah arus export dari negara-negara Eropa karena perang Rusia dan Ukraina yang belum tentu selesai tahun depan. 


“Tapi ini memang challenging situasinya apalagi tahun depan juga situasi politik makin panas sehingga dinamika ekonomi pasti akan terasa juga”, ujarnya.


Ia menambahkan, yang penting situasi geopolitik tidak meluas hingga ke kawasan Asia degan semakin memanasnya konflik China dengan Taiwan akhir-akhir ini. 


Menjawab  tantangan untuk keluar dari situasi yang belum menentu tahun depan, Eko tetap optimis kita akan mampu keluar dari situasi sulit kendati ada potensi ancaman inflasi tinggi. 


Salah satunya ia setuju dengan kebijakan pemerintah yang menahan laju inflasi dengan mempertahankan subsidi sektor energi dan pangan. “ Karena kan  2 sektor ini yang akan terasa pengaruh langsung ke  masyarakat”, kata lulusan UI ini. 


Kendati subsidi ini cukup menggerogoti anggaran pemerintah karena sudah mencapai Rp500 triliun. Namun ia berharap pertumbuhan ekonomi tetap di angka  4%-5%, apalagi ada kemungkinan harga minyak yang mulai turun kendati mungkin tidak bisa lagi ke kisaran US$ 70-80 karena Rusia adalah produsen minyak 3 besar dunia dan bukan anggota OPEC 


Dalam talkshow sore hari itu Hendrik Alexander Mboi, COO PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK) mengemukakan salah satu keberkahan perusahaannya masih mampu bertahan di tengah situasi pandemik 2 tahun terakhir ini adalah hubungan yang sudah terlanjur baik selama ini dengan para stakeholder.  Itulah sebabnya selama pandemik 2 tahun ini, Champ Resto tidak mengurangi karyawan atau memutus kontrak. 


Hingga kini perusahaan yang menaungi merk resto “Gokana” dan “Croco”  ini, telah mempekerjakan 6 ribu orang dan mempunyai 300 outlet. Hubungan baik dengan para supplier maupun karyawan ini menjadi kata kunci,  sehingga perusahaan sangat terbantu. 


Kami bisa bekerjasama dengan para supplier dan karyawan juga dengan kesadaran memiliki yang tinggi, mereka mampu melakukan efisiensi di semua lini, sehingga kami sama sekali tidak memecat karyawan. “Kalau situasi ini kami hadapi sendirian jelas kami nggak akan mampu”, kata Hendrik.


Senada dengan Hendrik, CFO PT Cisarua Mountain Dairy Tbk (CMRY) Bharat Joshi juga mengakui salah satu kunci daya tahan perusahaan yang memproduksi yogurt Cimory ini adalah hubungan yang baik dengan para supplier, kendati saat ini situasi juga belum pulih seperti yang diharapkan. Namun Bharat bersama dengan para direksi tetap bertekad untuk tidak akan menaikan harga produk kendati, sejak perang Rusia dan Ukraina, mulai terasa adanya kenaikan harga-harga bahan baku. 


“Kami para direksi berpikir jangka panjang. Kalau menaikkan harga produk ini kan solusi jangka pendek”, kata Bharat. 


Mereka lebih memilih memikirkan dampak jangka panjang disamping kondisi keuangan yang masih cukup terbantu dengan kondisi kas keuangan yang masih cukup bertahan. Selain itu perusahaan juga tetap optimis, mengingat angka konsumsi susu masyarakat Indonesia yang masih jauh dibawah Malaysia dan Singapura. 


Berdasarkan catatan BPS, untuk tahun 2020, jumlah konsumsi masyarakat kita masih di angka 16,27 Kg per kapita per tahun. Sementara Malaysia, 36,20 per kapita per tahun dan Singapura 50 Kg per kapita per tahun.