EmitenNews.com - Hotman Paris Hutapea menjadi kolektor saham Data Sinergitama Jaya alias Elitery (ELIT). Itu dilakukan dengan menjala 101.666.000 helai alias 101,66 juta lembar. Aksi beli pengacara kondang itu, dibantu NH Korindo Sekuritas Indonesia. 


Menyusul transaksi tersebut, pengunjung setia kedai Kopi Johny itu, menggenggam 101,66 juta alias 5 persen saham Elitery. Sayangnya, transaksi pria beralamat di Jalan Pulo Kecil B.A3 nomor 7 RT002/RW010, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta Utara (Jakut) itu tidak dilengkapi data memadai.


Baik dari sisi harga pelaksaan, dan nilai transaksi tidak diungkap. Namun, kalau pembelian mengacu harga perdana saham alias initial public offering (IPO) Elitery di Rp120 per helai, nilai pembelian pengacara Teddy Minahasa itu, tidak kurang sekitar Rp12,19 miliar. Angka pembelian itu, relatif kecil bagi Hotman. 


Kepada media, Hotman mengaku pembelian saham Elitery karena memiliki prospek cerah. Bisnis sektor teknologi penyimpanan data sangat bagus. Pasalnya, sangat dibutuhkan perusahaan. ”Prospek bagus. IT penyimpanan data penting untuk menyelamatkan data perusahaan,” tegas Hotman.


Ternyata kehadiran Hotman sebagai pemegang saham Elitery tidak bertuah. Menyudahi perdagangan perdana kemarin, saham Elitery terjungkal 8 poin menjadi Rp112 per lembar. Terpangkas 6,7 persen dari harga IPO sejumlah Rp120 per eksemplar. 


Sepanjang perdagangan, saham Elitery berayun di level teratas Rp162, terendah Rp112, dan rata-rata berputar di kisaran Rp129 per helai. Saham Elitery ditransaksikan sebanyak 8 juta lot senilai Rp98,23 miliar. Dengan skema harga itu, Elitery menguasai nilai kapitalisasi pasar Rp227,52 miliar.   


Sekadar informasi, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memasukkan saham Elitery sebagai efek syariah. Elitery menjajakan saham perdana 500 juta lembar alias 24,61 persen dari modal ditempatkan, dan disetor penuh. Dibalut harga pelaksanaan Rp120 per helai, Elitery meraup dana taktis Rp60 miliar.


Pemegang saham Elitery sebelum listing antara lain Gratus Deo Indonesia 36,37 persen, Indonesia Muda Inovatif 28,27 persen, Delemont Global Venture 20 persen, Inotech 8,13 persen, Jimmy Sugiarto 4 persen, dan Hendra Suryakusuma 3,23 persen. (*)