EmitenNews.com Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menorehkan rekor dan sempat menembus level psikologis 8.000 pada perdagangan intraday pekan lalu. Kenaikan ini menambah optimisme pasar, tetapi sekaligus tanda tanya mengenai valuasi pasar karena sudah masuk area premium.

Data Bursa Efek Indonesia mencatat, price to book value (PBV) IHSG kini berada di atas 2,2 kali. Angka ini bukan hanya level tertinggi sejak awal tahun, melainkan juga menjadi yang tertinggi dalam beberapa tahun terakhir pasca pandemi Covid-19.

Sejumlah pelaku pasar menilai, euforia ini perlu disikapi dengan hati-hati. “Dengan PBV di atas 2,2 kali, kita sudah memasuki area premium. Biasanya pasar punya kecenderungan untuk melakukan koreksi jangka pendek setelah mencapai level valuasi setinggi ini,” ujar Rizal Rafly analis Ajaib Sekuritas.

Dalam kondisi pasar yang dinilai sudah mahal, investor umumnya melakukan rotasi portofolio ke saham-saham dengan valuasi lebih murah dan fundamental yang solid. Pola ini lazim disebut value rotation atau value play.

“Investor akan mencari sektor-sektor yang relatif stabil, punya track record dividen, dan valuasinya masih di bawah pasar. Sektor keuangan adalah salah satunya,” tambahnya

Sektor keuangan masih menjadi tumpuan IHSG dengan bobot kapitalisasi terbesar, mencapai lebih dari 35%. Namun, menariknya valuasi sektor ini justru masih di bawah rata-rata pasar.

Berdasarkan data BEI, PBV sektor keuangan berada di kisaran 1,64 kali per akhir Juli 2025. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan PBV IHSG di 2,2 kali. Hal ini membuat sektor keuangan relatif lebih rasional bagi investor yang ingin mengurangi risiko koreksi.

Selain itu, sektor keuangan dikenal konsisten dalam memberikan dividen. Perbankan besar seperti BBRI, BMRI, hingga BBNI membagikan dividend payout ratio (DPR) yang cukup stabil di kisaran 40–60%. Sementara itu, emiten asuransi dan multifinance juga rutin mengalokasikan dividen meski skalanya lebih kecil.

“Di tengah volatilitas pasar, sektor keuangan bisa menjadi penyeimbang portofolio karena stabilitas kinerja dan komitmen dividen,” jelas Rizal. 

Di antara emiten keuangan, saham-saham asuransi memiliki valuasi yang sangat murah. Salah satunya adalah saham PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk / Tugu Insurance (TUGU) mencuri perhatian. 

Tercatat, saham TUGU saat ini diperdagangkan dengan PBV hanya di kisaran 0,31–0,34 kali. Valuasi ini jauh di bawah rata-rata sektor keuangan (1,64x) maupun IHSG (2,2x).

Selain valuasi yang sangat rendah, TUGU yang merupakan Anak Usaha BUMN Pertamina di sektor asuransi umum juga memiliki rekam jejak konsisten dalam membagikan dividen. Berdasarkan laporan keuangan audited 2024, TUGU membagikan dividen tunai sebesar Rp280 miliar atau Rp78,75 per saham dengan dividend payout ratio sekitar 40%. 

Dividend yield TUGU tercatat lebih dari 7,6% pada harga saat ini, menjadikannya salah satu yang tertinggi di sektor asuransi.

“Dengan valuasi di bawah 0,35x dan dividend yield yang relatif tinggi, TUGU sangat undervalued. Bagi investor yang mencari saham defensif, TUGU adalah kandidat menarik untuk value play,” kata Rizal.(jef)