EmitenNews.com - Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan porsi energi terbarukan hingga minimal 23% pada tahun 2025 serta mengurangi 198 juta ton emisi pada tahun yang sama. Dalam jangka panjang, Pemerintah menargetkan untuk mencapai Net-Zero Emission dan memanfaatkan sepenuhnya energi terbarukan dalam bauran pembangkit listrik nasional pada tahun 2060.


Untuk meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan tersebut Pemerintah Indonesia melakukan kerja sama dengan negara lain termasuk negara-negara Nordik (Denmark, Finlandia, Swedia, Norwegia dan Islandia) yang sudah terbukti berhasil dalam pengembangan energi bersih. Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan dukungan potensial bagi Indonesia untuk mempercepat transisi energi dan target net zero emission.


"Transisi energi telah menjadi salah satu fokus utama global agenda perubahan iklim. Karenanya, selama Presidensi G20 Indonesia menghadirkan transisi energi sebagai salah satu dari tiga inti diskusi," ujar Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana dalam sambutannya di forum bisnis Indonesia-Nordic Energy Investment Day: Collaboration to achive Net - Zero Emission Target, pekan ini.


Di tengah perang Rusia dan Ukraina yang menyebabkan krisis multidimensi, kelompok kerja Transisi Energi G20 menghasilkan konsensus tentang Bali Compact untuk memastikan transisi energi yang mulus dan efektif untuk anggota negara-negara G20.


"Salah satu prinsip dari Bali Compact adalah menyoroti pentingnya kemitraan internasional untuk mendukung ekonomi berkembang dalam meningkatkan investasi menuju sistem energi emisi rendah atau net-zero," tambah Rida.


Ia menyebut dalam empat dekade mendatang Indonesia akan menghasilkan lebih dari 580 GW listrik dari matahari, air, panas bumi, dan hidrogen. Meskipun energi fosil, seperti minyak dan gas akan mendukung transisi ke sistem energi yang lebih bersih, Pemerintah telah menetapkan strategi mengurangi penggunaan energi fosil, dengan mengubah fosil menjadi energi terbarukan seperti pemberhentian pengoperasian secara bertahap pembangkit listrik berbasis batu bara.


"Kami membutuhkan investasi dan lompatan besar untuk mendukung transisi energi bersih senilai USD25-30 miliar dalam memenuhi target jangka menengah di 2030," jelas Rida.


Indonesia dan negara-negara Nordik telah menjalin kerja sama yang baik di sektor energi selama ini, baik secara Government to Government maupun Business to Business. Di tingkat pemerintah, Indonesia memiliki Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Finlandia terkait energi berkelanjutan, bersih, terbarukan serta efisiensi energi.


Bersama Denmark terkait pengembangan EBT serta konservasi energi, Norwegia di sektor energi, Swedia tentang energi terbarukan dan konsultasi energi dengan Norwegia. "Kita punya Program Kemitraan Energi Indonesia-Denmark (INDODEPP), dan kami juga memiliki program pengembangan kapasitas dan inisiatif potensial panas bumi dengan Islandia," ujar Rida.


Sebagai informasi, awal tahun 2022, Menteri ESDM Arifin Tasrif didampingi pejabat Kementerian ESDM berkesempatan mengunjungi tiga negara Nordik untuk menunjukkan keinginan Indonesia untuk mengeksplorasi lebih jauh dan memperkuat kemitraan energi. Saat itu, rombongan bertemu dan berdiskusi dengan pejabat pemerintah setempat dan pemimpin bisnis terkemuka.


Menteri Arifin telah mengidentifikasi dan mencatat kemungkinan-kemungkinan untuk ditindaklanjuti kerja sama energi antara Indonesia dan mitra Nordik dan forum hari ini merupakan tindak lanjut untuk mengkonkretkan apa yang telah dibahas pada pertemuaan sebelumnya. (fj)