EmitenNews.com - PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) berhasil mencetak pertumbuhan pendapatan konsolidasi sebesar Rp1,45 triliun pada semester pertama 2025 (1H25), atau naik 0,7% secara tahunan (YoY). 

Manajemen (WOOD) dalam rilisnya Senin (4/7) menyampaikan bahwa di tengah tekanan makroekonomi global dan tantangan tarif produk ekspor, WOOD tetap mampu menjaga momentum melalui lini ekspor utamanya dan strategi diversifikasi yang mulai membuahkan hasil.

Dia merinci, segmen manufaktur ekspor tetap menjadi motor utama pertumbuhan. Pendapatan ekspor meningkat 1,3% YoY menjadi Rp1,44 triliun, dengan komponen bangunan mencatatkan lonjakan signifikan sebesar 23,2% YoY menjadi Rp1,26 triliun. Produk ini mendapat keuntungan dari pengecualian tarif AS melalui Annex II, dan kini menyumbang lebih dari 87% total pendapatan ekspor WOOD.

Di sisi lain, ekspor furnitur merosot 55,1% YoY akibat tekanan tarif dari pasar AS. Meski begitu, WOOD mencatat adanya tren pemulihan yang menggembirakan melalui strategi penjualan langsung ke konsumen (direct-to-market) dan ekspansi ke platform e-commerce. Dua dari empat merek furniture yang dirancang untuk e-commerce telah resmi diluncurkan di pasar AS.

Meski menghadapi tekanan marjin, WOOD tetap membukukan laba bersih Rp83,1 miliar atau tumbuh 5,2% YoY. Marjin bersih tercatat 5,7%, naik dari 5,5% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Laba operasional mencapai Rp172,8 miliar, mencerminkan efisiensi biaya dan penyesuaian strategi produksi. Penurunan marjin kotor menjadi 22,4% dari 24,1% disebabkan oleh tingginya porsi komponen bangunan yang berorientasi volume.

Upaya diversifikasi yang digencarkan sejak akhir 2024 kini mulai menunjukkan hasil konkret. Pada Juni 2025, WOOD sukses mengirimkan produk flooring perdana ke Eropa senilai sekitar USD1 juta (setara Rp16 miliar), menyasar pasar impor Eropa senilai USD8,1 miliar per tahun. Pengiriman tambahan dijadwalkan meningkat dalam beberapa bulan ke depan.

Selain itu, produksi furnitur luar ruang berbahan aluminium akan dimulai Agustus, dengan ekspor pertama pada awal September. WOOD juga tengah bersiap memasuki pasar Timur Tengah dengan potensi impor tahunan USD6,8 miliar.

Menghadapi paruh kedua 2025, WOOD optimistis dapat melanjutkan pertumbuhan dengan keunggulan tarif ekspor. Produk Indonesia kini dikenakan tarif resiprokal 19% oleh AS, lebih rendah dibanding Vietnam (20%) dan barang transshipment (40%). Hal ini memperkuat posisi WOOD di pasar global, terutama di AS sebagai pasar utama.