EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini, Jumat (11/2) diperkirakan melanjutkan koreksi. Itu setelah melihat pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street kurang kondusif.


”IHSG akan bergerak pada rentang support 6.770, dan resisten 6.860,” tutur Alwin Rusli, Research Analyst Reliance Sekuritas, Jumat (11/2).


Secara teknikal, IHSG terbentuk candle pelemahan. Namun, pergerakan ini terlihat masih sehat. Potensi penguatan pada IHSG masih ada. Beberapa saham berpotensi naik yaitu SMGR, UNTR, TINS, INCO, BBNI, ISSP, ISAT, dan ASSA.


Mereview perdagangan kemarin, IHSG minus 0,16 persen menjadi 6.823,64. Di mana, Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga tetap 3,5 persen, dan mempertahankan tingkat suku bunga deposit facility serta suku bunga lending facility. Namun, BI menaikkan tingkat Giro Wajib Minimum (GWM) untuk bank umum dan bank syariah menjadi 5 persen dari sebelumnya 3,5 persen.


Berdasar rencana, akan naik lagi pada 1 Juni mendatang menjadi 6 persen. Itu dilakukan untuk menanggulangi kegagalan sistemik bank. Namun, sebagai efek samping, tentu akan mengurangi kemampuan bank menghasilkan keuntungan. Sektor pendorong koreksi IHSG yaitu teknologi tekor 1,69 persen, energi turun 1,43 persen, dan kesehatan menukik 1,07 persen. Investor asing membukukan net buy Rp1,56 triliun, dengan memborong saham TLKM, BBNI, dan BBRI.


Kejatuhan Wall Street karena inflasi utama meningkat mencapai 7,5 persen di atas konsensus 7,35 persen. Dengan begitu, para investor menjadi berspekulasi The Fed akan menjadi lebih agresif mengetatkan kebijakan ekonomi yaitu meningkatkan suku bunga lebih awal dari perkiraan.


Pagi ini, bursa Asia mengalami koreksi. Kospi tekor 0,9 persen, dan Nikkei Jepang libur. Turbulensi bursa saham Asia karena ancaman kenaikan inflasi cukup tinggi di AS, dapat menyulut pernyataan hawkish dari chairman The Fed. (*)