Pada tahun 2006, Pahala ditunjuk sebagai EVP Coordinator Finance & Strategy dan Chief Financial Officer alias Direktur Keuangan.

 

Pahala juga sempat menjabat sebagai Direktur Utama BUMN PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) pada tahun 2017.

 

Pada awal masa kepemimpinannya kerugian perusahaan membengkak hingga 283,8 juta dolar AS, walaupun angka tersebut bisa ditekan menjadi 213,4 juta dolar AS pada akhir tahun. Padahal pada tahun 2016 Garuda Indonesia mencatatkan laba bersih sebesar 9,3 juta dolar AS. Pada kuartal pertama 2018, Garuda Indonesia kembali mengalami kerugian sebesar 64 juta dolar AS, padahal penumpang secara tahunan naik 5% dan kargo yang dimuat juga naik 3,2%. 

 

Pahala berdalih bahwa perusahaan terbebani dengan naiknya biaya operasional yang dipicu kenaikan harga minyak dunia. Selain itu saham Garuda Indonesia (GIAA) juga tidak pernah melewati harga Rp 500 per lembar saham. 

 

Hubungan dengan serikat pekerja dan asosiasi pilot juga tidak baik, karena asosiasi menuntut direksi yang tidak cakap dicopot saja. Protes dilakukan dengan mengancam mogok kepada perusahaan saat menjelang Idul Fitri. 

 

Selain beberapa masalah, capaian positif juga dicatatkan Garuda Indonesia pada era kepemimpinan Pahala, yaitu tingkat keterisian penumpang yang naik 71 persen dan kinerja ketepatan waktu penerbangan mencapai 88,8 persen atau meningkat dibandingkan OTP tahun lalu sebesar 86.5 persen. Hal lain yang meningkat adalah aircraft utilization (rata-rata pesawat mengudara dalam periode 24 jam), dari 9.19 jam menjadi 9.41 jam.

 

Pada 11 September 2018, Pahala dicopot dari jabatan Direktur Utama Garuda dan digantikan oleh Ari Askhara. Ia lalu dipindahkan sebagai Direktur Keuangan Pertamina di bawah Direktur Utama Nicke Widyawati.

 

Setahun kemudian, ia diangkat oleh Menteri BUMN Erick Thohir menjadi direktur utama Bank Tabungan Negara (BTN) setelah kisruh yang terjadi bank tersebut saat pencopotan direktur utama Maryono oleh Menteri BUMN Rini Soemarno dan digantikan oleh Suprajarto yang sebelumnya menjabat direktur utama BRI. Suprajarto menolak pengangkatan tersebut dan BTN dipimpin pejabat sementara Oni Febriarto Rahardjo.[7] Ia diangkat menjadi dirut bersama dengan pengangkatan Komisaris Utama Chandra Hamzah, yang dulunya merupakan komisioner KPK.