EmitenNews.com -Perusahaan yang bergerak di bidang energi dan kimia melalui kilang LPG (Liquefied Petroleum Gas) dan pabrik Amoniak, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) harus rela melakoni paruh pertama tahun 2023 dengan pencapaian yang kurang baik.

 

Hal ini tercermin dengan data laporan keuangan ESSA yang di kutip, Senin (31/7/2023) dimana laba perseroan terjun hingga 95,57 persen menjadi USD4,64 juta, sangat jauh jika dibandingkan dengan laba periode sama tahun 2022 yang tercatat senilai USD105,09 juta.

 

ESSA melaporkan pendapatan sebesar USD 168,2 juta, turun 52% YoY dan EBITDA sebesar USD 41,7 juta, turun 76% YoY di 1H23. Penurunan pendapatan terutama diakibatkan oleh harga komoditas yang lebih rendah dan penutupan pabrik Amoniak terjadwal selama 3 minggu untuk keperluan pemeliharaan yang dilakukan pada 1Q23.

 

Perseroan menanggung beban pokok pendapatan senilai USD137,19 juta atau turun dibandingkan dengans ebelumnya USD192,56 juta.

 

Laba kotor juga terjun jadi USD30,98 juta dari USD158,38 juta. Beban umum dan administrasi tercatat USD12,41 juta, beban keungan USD11,58 juta dan beban lain-lain neto USD458 ribu.

 

Sehingga laba sebelum pajak hanya tersisa USD7,17 juta dari sebelumnya USD130,73 juta.

 

Pada posisi aset, perseroan mencatatkannya turun menjadi USD771,23 juta dari periode akhir tahun 2022 yang masih di angka USD831,29 juta. Hal ini disebabkan oleh ekuitas yang naik jadi USD537,50 juta dari USD525,36 juta.

 

Penurunan aset lebih disebabkan oleh utang atau liabilitas yang turun cukup signifikan menjadi USD233,72 juta dari sebelumnya USD305,93 juta.

 

Perubahan total liabilitas lebih dari 20% pada Laporan Keuangan per 30 Juni 2023 bahwa penurunan tersebut disebabkan pelunasan pinjaman bank PT Panca Amara Utama (PAU) yang merupakan entitas anak Perseroan. Saldo hutang menurun dari sebesar USD 268,7 juta menjadi sebesar USD 205,1 juta