EmitenNews.com—Pemegang saham pengendali PT Indosterling Technomedia Tbk (TECH), PT Indosterling Sarana Investa (ISI), meraup Rp51,2 miliar dengan melepas sebanyak 16 juta lembar (1,81%) saham Perseroan lewat transaksi repo.


Manajemen TECH dalam keterbukaan informasinya, Kamis (24/11) merinci, dengan penjualan tersebut, kepemilikan ISI berkurang dari 888,9 juta lembar saham (70,52%) menjadi 869,9 juta lembar (69.24%).


Dua hari sebelumnya, 21 November, ISI melepas 22 juta lembar saham atau sebanyak 2,42% dalam transaksi share financing. Pelepasan saham itu dilakukan di harga Rp3.640 atau senilai Rp80 miliar.


Data perdagangan menunjukkan, harga saham TECH relatif di tren turun sejak 3 November (ditutup Rp4.700) hingga menjadi Rp3.200 pada penutupan perdagangan 22 November. Harga lalu sedikit pulih pada keesokan harinya (Rp3.600), lalu Rp3.610 pada 24 November, namun kembali melorot menjadi Rp3.360 pada hari ini, Jumat (25/11).


Per 31 Oktober 2022, pemegang saham Indosterling Technomedia antara lain PT Indosterling Investa 907,90 juta saham alias 72,27 persen, Yoas 500 ribu lembar atau setara 0,04 persen, dan masyarakat 348,39 juta helai selevel dengan 27,69 persen.


Padahal saham PT IndoSterling Technomedia (TECH) berhasil masuk dalam Exchange Trade Fund (ETF) atau paket saham yang dikelola manajemen investasi raksasa Amerika Serikat, State Street Corporation, jelang akhir tahun 2022.


Kinerja saham TECH yang terpantau stabil dan dinamis di perdagangan bursa lokal membuatnya masuk ke dalam S&P Emerging BMI Index sehingga oleh State Street Global Advisors (SSGA) memperdagangkan TECH dalam bentuk ETF kelompok US$2 miliar (SPEM) dan kelompok di bawah USD 2 miliar (EWX).


ETF adalah jenis reksa dana yang kinerjanya mengacu pada indeks tertentu dan diperjualbelikan layaknya saham di bursa yang dapat dicermati pergerakannya.


Sementara SSGA adalah divisi manajemen investasi State Street Corporation yang merupakan manajer aset terbesar keempat di dunia. Per akhir tahun 2021, SSGA mengelola aset hampir USD 4,14 triliun.