Dengan mitra yang sama, perseroan juga akan membangun fasilitas pengolahan di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Pabrik yang dibangun akan menggunakan teknologi High Pressure Acid Leach ( HPAL ) dengan kapasitas produksi tahunan 120.000 ton Nikel dalam Mixed Hydroxide Precipitate (MSP). Pabrik ini akan memanfaatkan bijih limonit dari Blok Pomalaa yang akan dioperasikan sepenuhnya oleh Vale dengan cut-off grade 0,8% yang terendah di Indonesia untuk memaksimalkan konservasi mineral.


Dalam proyek ini, perseroan bersama dengan Huayou juga berkomitmen untuk tidak menggunakan batu bara sebagai sumber tenaga listrik sebagai sikap atas perubahan iklim yang terjadi. Vale dan Huayou masih dalam proses mendiskusikan rencana pembangunan fasilitas RKEF di Pomalaa untuk memanfaatkan bijih saprolit Blok Pomalaa.


Dalam proyek Sorowako dan Pomalaa, Vale Indonesia akan memiliki dan mengoperasikan 100% dari tambang. Sedangkan pabrik yang dibangun itu merupakan hasil joint  venture antara perseroan dan Huayou dengan kepemilikan perseroan sebesar 30%.


Sementara itu pada 21 Juli 2022, perseroan kembali mendapatkan mitra baru, sebuah perusahaan otomotif asal Amerika Serikat yakni Ford Motor Company Co. Hal itu diwujudkan dalam penandatanganan Memorandum of Cooperation untuk membangun pabrik HPAL di Pomalaa dengan target kapasitas 120.000 T per tahun.


Dengan adanya mitra baru, susunan pemegang saham akhir di proyek tersebut yaitu Vale 30%, Huayou 53%, dan Ford 17%. Huayou akan melakukan konstruksi dan menjadi operator dari pabrik HPAL , sedangkan Vale akan menyuplai bijih limonit yang dibutuhkan. Target penyelesaian konstruksi di 2025.