"Setelah memiliki menara terbesar, selanjutnya kami juga ingin memiliki jaringan fiber optic to tower terbesar. Ekspansi akan terus berlanjut," ujar Teddy.
MTEL saat ini juga sedang menggarap bisnis Power asa Service (PaaS). Teddy mengatakan model bisnis PaaS ini adalah penyediaan sumber energi baik untuk catu daya utama (main power) maupun sebagai cadangan (BackupPower) keperangkat-perangkat aktif operator telekomunikasi.
Kombinasi dari pertumbuhan pendapatan dan peningkatan efisiensi mendorong EBITDA Mitratel pada Semester I-2023 mencapai Rp 3,35 triliun, meningkat 16,1% secara yoy. Rasio EBITDA Margin membaik menjadi 81,2% dibandingkan setahun sebelumnya 77,5%.
Jefferies, lembaga investasi global, menilai kinerja MTEL sejalan dengan guidance pertumbuhan perseroan. MTEL sebelumnya memberikan kisaran target pertumbuhan pendapatan dan EBITDA untuk tahun 2023 mencapai 11%.
Sementara itu, BCA Sekuritas telah memberikan catatan singkat setelah publikasi laporan keuangan MTEL. "Laba dan EBITDA Mitratel sejalan dengan ekspetasi kami dan market," kata Fakhrul Arifin analis BCA Sekuritas. BCA Sekuritas mempertahankan rating buy untuk saham MTEL dengan target price tidak berubah di Rp 950/saham.
Related News

Anjlok 85,62 Persen, Kuartal I-2025 Laba INDY Sisa USD2,89 Juta

Bengkak 20 Persen, PALM Kuartal I-2025 Boncos Rp1,42 Triliun

Defisit Menipis, Kuartal I-2025 Laba DEWA Melangit 763 Persen

Laba Susut 74 Persen, BUMI Kuartal I-2025 Defisit USD2,26 Miliar

Sarana Mitra Luas (SMIL) Bukukan Penjualan Rp100,44 Miliar di Q1-2025

Surplus 49 Persen, Laba JSMR Kuartal I-2025 Sentuh Rp927,49 Miliar