EmitenNews.com - Bank Tabungan Negara (BBTN) paruh pertama 2025 membukukan laba bersih Rp1,7 triliun. Melejit 13,6 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp1,5 triliun. Capaian tersebut sejalan langkah perseroan terus mempertajam strategi, dan meningkatkan efisiensi proses bisnis di tengah tantangan makroekonomi.

Pertumbuhan laba bersih BTN ditopang pendapatan bunga kredit surplus 23,5 persen menjadi Rp18,50 triliun, melebihi pertumbuhan biaya bunga 2,3 persen. So, pendapatan bunga bersih naik 55,1 persen menjadi Rp9,34 triliun. Margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) naik 139 basis points (bps) menjadi 4,4 persen dari edisi sama tahun lalu 3,0 persen. 

Adapun Cost-to-Income Ratio (CIR) membaik ke level 43,8 persen dari sebelumnya 58,8 persen, menunjukkan proses bisnis makin efisien. “Di tengah berbagai tantangan makroekonomi, dan persaingan ketat industri perbankan, BTN sukses mencatat profitabilitas membaik berkat strategi dijalankan konsisten, dan terus melaksanakan fungsi intermediasi untuk menggerakkan perekonomian rakyat, terutama sektor perumahan,” tutur Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu, di Jakarta, Rabu, 27 Agustus 2025.

Di sisi perolehan dana masyarakat, BTN mampu membukukan dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp406,38 triliun, tumbuh 11,2 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp365,38 triliun. Laju DPK BTN itu, berada di atas pertumbuhan DPK industri perbankan 6,6 persen. Pertumbuhan DPK itu, sejalan upaya perseroan terus memperkuat mesin pendanaan, terutama dana murah alias Current Account Saving Account (CASA) dari segmen ritel dan insitusi. 

Pertumbuhan dana murah BTN tidak terlepas dari upaya perseroan menggencarkan akuisisi pengguna baru, dan transaksi aplikasi Bale by BTN. Secara keseluruhan, jumlah user Bale by BTN telah mencapai 2,7 juta, naik 68,8 persen dibanding periode sama tahun lalu 1,6 juta. Sedang jumlah transaksi Bale by BTN telah menembus 931,5 juta dengan nilai transaksi Rp43,1 triliun. 

“Lonjakan pengguna Bale by BTN merefleksikan kepercayaan, dan kenyamanan masyarakat terhadap super app yang kami desain untuk melayani ekosistem perumahan, dan gaya hidup masa kini yang dinamis. Kami berkomitmen untuk terus meningkatkan user experience dan fitur yang lebih beragam dengan proposisi yang lebih menarik agar makin mampu menjawab kebutuhan nasabah,” ujar Nixon.

Di tengah beragam tantangan, BTN tetap menjalankan fungsi intermediasi dengan baik, diiringi dengan prinsip kehati-hatian, dan manajemen risiko terus ditingkatkan. Penyaluran kredit dan pembiayaan BTN tercatat tumbuh 6,8 persen menjadi Rp376,11 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp352,06 triliun. Penyaluran kredit ditopang pertumbuhan kredit, dan pembiayaan ke sektor perumahan meningkat 6,2 persen menjadi Rp317,77 triliun, dan sektor non-perumahan (non-housing loan) melejit 10,5 persen menjadi Rp58,34 triliun. 

Pada sektor perumahan, KPR subsidi naik 6,5 persen menjadi Rp182,17 triliun. Sedang KPR non-subsidi secara keseluruhan tumbuh 8,8 persen menjadi Rp110,72 triliun. “BTN berkomitmen terus mendukung program pembangunan perumahan nasional dengan menyediakan akses pembiayaan untuk kepemilikan rumah, termasuk untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dan turut menggerakkan perekonomian dari sektor perumahan. Kami secara proaktif berkolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan di sektor perumahan untuk upaya percepatan penyediaan hunian layak dan terjangkau, termasuk melalui kerja sama dengan investor dalam negeri maupun luar negeri,” ucap Nixon.

Seiring pertumbuhan kredit, pembiayaan, dan dana masyarakat, BTN membukukan total aset Rp484,96 triliun, tumbuh 6,4persen dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp455,60 triliun. Di sisi lain, Unit Usaha Syariah (UUS) BTN, yaitu BTN Syariah terus mencatat kinerja positif menjelang proses akhir pemisahan (spin-off) menjadi Bank Umum Syariah (BUS) yang akan menjadi salah satu pemain utama industri perbankan nasional. 

Pencapaian itu, tercermin pada pertumbuhan aset 18 persen menjadi Rp65,56 triliun dibanding periode tahun lalu Rp55,54 triliun. Peningkatan aset itu, ditopang ekspansi pembiayaan konsisten, dengan nilai penyaluran pembiayaan Rp48,46 triliun, naik 17 persen dibanding edisi sama tahun lalu Rp41,41 triliun. Kepercayaan masyarakat juga terus meningkat, terlihat dari pertumbuhan DPK mencapai 19,8 persen menjadi Rp55,23 triliun dibanding periode sama tahun lalu Rp46,09 triliun.

Total laba bersih BTN Syariah Rp401 miliar, melejit 8,3 persen dibanding posisi sama tahun lalu Rp370 miliar. “BTN Syariah telah memasuki era baru seiring proses akhir spin-off ditandai dengan perubahan nama menjadi Bank Syariah Nasional (BSN) melalui penggabungan dengan Bank Victoria Syariah sebagai perusahaan cangkang. Aksi korporasi yang menjadi milestone bagi industri perbankan syariah Indonesia itu, dapat terwujud atas dukungan pemegang saham, regulator, dan masyarakat luas,” tukas  Nixon. (*)