EmitenNews.com -Fitch Ratings telah merevisi Outlook Peringkat Jangka Panjang Mata Uang Asing dan Lokal Issuer Default Ratings (IDR) operator seluler Indonesia PT XL Axiata Tbk (EXCL) menjadi Negatif dari Stabil, dan diafirmasi IDR di 'BBB'. Pada saat yang sama, Fitch Ratings Indonesia telah merevisi Outlook Peringkat Nasional Jangka Panjang menjadi Negatif dari Stabil, dan mengafirmasi peringkat di 'AAA(idn)'.

 

Peringkat Nasional 'AAA' menunjukkan peringkat tertinggi yang diberikan oleh agensi dalam skala Peringkat Nasionalnya untuk negara tersebut. Peringkat ini diberikan kepada emiten atau surat utang dengan ekspektasi risiko gagal bayar terendah relatif terhadap semua emiten atau surat utang lainnya di negara atau kesatuan moneter yang sama.

 

Prospek Negatif mencerminkan profil kredit induk Axiata Group Berhad (Axiata) yang lebih lemah dan pandangan kami bahwa EBITDA net leverage Axiata kemungkinan akan tetap tinggi dalam jangka menengah, karena kami perkirakan akan menghasilkan defisit arus kas bebas (FCF) pada belanja modal yang tinggi dan persyaratan pemegang saham.

 

Keterkaitan yang Kuat dengan Induk: Peringkat 'BBB' XL mencerminkan kekuatan kredit induknya, Axiata, didukung oleh hukum dan insentif strategis 'Tinggi' bagi Axiata untuk mendukung XL di bawah Kriteria Peringkat Fitch's Parent and Subsidiary Linkage (PSL). Prospek Negatif terhadap IDR XL mencerminkan pandangan kami tentang leverage bersih Axiata yang lebih tinggi setelah akuisisi PT Link Net Tbk dan menara telekomunikasi di Filipina yang didanai utang pada tahun 2022.

 

Profil Kredit Induk yang Melemah: Kami percaya leverage bersih EBITDA Axiata kemungkinan akan tetap tinggi setelah akuisisi menara Link Net dan Filipina. Kami memperkirakan bahwa perolehan FCF Axiata kemungkinan akan tetap terbatas, mengingat kebutuhan belanja modal dan pengembalian pemegang saham yang tinggi. Keberhasilan monetisasi aset non-inti atau divestasi saham minoritas di anak perusahaan akan sangat penting bagi Axiata untuk mencapai target utang kotor/EBITDA 2,5x berdasarkan laporan (1Q23: 3,4x, termasuk pembayaran kembali pinjaman pemegang saham Celcom di bulan Juni).

 

Kami menganggap Axiata sebagai "induk yang lebih kuat", dengan bisnis di lebih dari enam negara Asia dan skala bisnis yang lebih besar. Anak perusahaan dan rekanan Axiata lainnya memiliki posisi pasar yang kuat, dengan 30%-40% pangsa pasar di Bangladesh, Kamboja dan Nepal, 58% di Sri Lanka dan lebih dari 50% di Malaysia.

 

Klausul Cross-Default: Insentif hukum 'Tinggi' Axiata untuk mendukung XL didasarkan pada adanya klausul cross-default dalam surat utang jangka menengah USD1 miliar euro dan program sukuk multi-mata uang USD1 miliar, yang merupakan 65% dari Axiata hutang tingkat perusahaan induk dan perusahaan non-operasional. Gagal bayar oleh anak perusahaan utama, termasuk XL, akan memicu klausul cross-default dalam instrumen utang dolar AS. Jatuh tempo terlama dari instrumen ini adalah tahun 2050, memberikan kepastian keabadian.

 

Kepentingan Strategis: Insentif strategis untuk mendukung XL adalah 'Tinggi', karena pendapatan XL dan kontribusi EBTIDA untuk Axiata menjadi semakin penting bagi induknya. XL menyumbang 37% pendapatan konsolidasi Axiata dan 40% EBITDA di 1Q23. Program konvergensi fixed-mobile yang direncanakan antara XL dan Link Net merupakan langkah penting bagi grup Axiata untuk merebut pasar fixed broadband Indonesia yang masih kurang ditembus.

 

SCP XL di 'bb+': Standalone Credit Profile (SCP) XL di 'bb+' mencerminkan pangsa pasarnya yang lebih lemah di bawah 20% dan skala yang lebih kecil dibandingkan dengan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom, BBB/Stabil) milik negara dan PT Indosat Tbk (Indosat, BBB-/Stabil). Namun, kami berharap diversifikasi bisnis XL meningkat secara substansial dengan akuisisi pelanggan fixed broadband Link Net. Akuisisi ini diharapkan akan selesai pada akhir 2023, jika sudah menerima semua persetujuan peraturan yang diperlukan.