EmitenNews.com -Selama enam bulan pertama tahun ini, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) mencatatkan rugi bersih mencapai USD36,89 juta.

 

Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, Selasa (1/8), jumlah pendapatan KRAS di Semester I-2023 ambles 26,43 persen menjadi USD984,63 juta dari USD1,34 miliar pada Semester I-2022.

 

Sejalan dengan penurunan pendapatan tersebut, beban pokok pendapatan emiten BUMN ini juga tercatat menurun 24,9 persen (y-o-y) menjadi USD906,58 juta. Sehingga, laba bruto di paruh pertama tahun ini menjadi USD78,06 juta atau anjlok 40,51 persen (y-o-y).

 

Lebih parahnya lagi, laba operasi KRAS selama enam bulan pertama tahun ini terpantau menukik 87,45 persen (y-o-y) menjadi USD9,87 juta. Pada Semester I-2023, KRAS menderita rugi sebelum pajak penghasilan sebesar USD32,11 juta, padahal di periode yang sama setahun lalu masih bisa membukukan laba sebelum pajak penghasilan sebesar Rp92,77 juta.

 

Kinerja negatif pada akun laba sebelum pajak penghasilan tersebut terutama dipengaruhi oleh kerugian selisih kurs selama enam bulan pertama di 2023, yakni mencapai USD17,77 juta.

 

Dengan adanya beban pajak penghasilan di Semester I-2023 yang sebesar USD5,28 juta, maka KRAS mengalami rugi periode berjalan sebesar USD37,39 juta atau berbanding terbalik dengan kondisi di Semester I-2022 yang mencatatkan laba periode berjalan senilai USD78,65 juta.

 

Sementara itu, besaran rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk di Semester I-2023 adalah sebesar USD36,89 juta. Seperti diketahui, pada Semester I-2022, KRAS mampu membukukan laba bersih sebesar USD77,47 juta.

 

Per 30 Juni 2023, total ekuitas KRAS mengalami kenaikan 8,81 persen menjadi USD601,25 juta dari USD552,59 juta. Namun dengan adanya rugi bersih di Semester I-2023, maka defisit perseroan membengkak menjadi USD2,23 miliar dari sebelumnya USD2,19 miliar per 31 Desember 2022.

 

Adapun total liabilitas KRAS hingga akhir Semester I-2023 tercatat sebesar USD2,42 miliar atau mengalami penurunan 7,28 persen dibandingkan dengan posisi per akhir Desember 2022 yang mencapai USD2,61 miliar.