EmitenNews.com - PT Wijaya Karya (WIKA) tahun ini kembali puasa dividen. Itu sangat ironis mengingat sepanjang 2021, perseroan mengantongi kontrak fantastis. Tercatat, perseroan sukses mendulang kontrak baru Rp26,81 triliun.


Hasil itu, menanjak 14,71 persen dari periode sama 2020 di kisaran Rp23,37 triliun. Selain itu, perseroan juga mencatat laba bersih Rp117,66 miliar. Sayangnya, keputusan tidak membagi dividen tersebut telah permanen, dan tidak bisa diganggu gugat.


Selanjutnya, hasil laba bersih Rp117,66 miliar dialokasikan Rp54,66 miliar sebagai cadangan lain, dan Rp63 miliar diatribusikan sebagai imbal hasil atas penerbitan Surat Berharga Perpetual I WIKA Tahun 2018 yang dilakukan secara triwulanan sampai dengan opsi tebus atas penerbitan Surat Berharga Perpetual I WIKA Tahun 2018 direalisasikan perseroan. 


Manajemen Wijaya Karya mengklaim performa 2021 merefleksikan adaptasi perseroan dalam menjaga konsistensi kerja tetap tangguh pada masa pandemi. Selain itu, juga merupakan realisasi prinsip kehati-hatian, terutama menjamin likuiditas dalam mengedepankan tanggung jawab kepada pemegang saham, pemangku kepentingan lain, dan mendorong pertumbuhan perusahaan bisa menjadi lebih cepat pada 2022.


”Kami ingin seluruh elemen bangkit dari keterpurukan. Kerja sama telah dilakukan seluruh pihak bisa menjadi solusi pemulihan,” tutur Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito.


Raihan kontrak Wijaya Karya itu, ternyata menular. Buktinya, pada kuartal I-2022, perseroan mencatat kontrak baru Rp9,28 triliun. Angka itu 21,79 persen dari proyeksi kontrak sepanjang tahun ini Rp42,57 triliun, alias naik 99,41 persen dibanding periode sama pada 2021.


Komposisi kontrak baru tahun 2022 ini diproyeksi 67 persen dari induk usaha, dan 33 persen dari anak usaha. Perseroan memproyeksi 2022 menjadi tahun pemulihan ekonomi pasca-penurunan tren penularan Covid-19. Wijaya Karya bersama PTPP mendapat proyek perbaikan Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.


Pada proyek itu, konsorsium merevitalisasi airside, dan landside. Meliputi penyehatan landas pacu (runway) dan landas hubung (taxiway), peningkatan kapasitas landas parkir (apron) pesawat naratama, dan naratetama. Bandara Halim akan menggunakan aspal PG 76 dengan kualitas terbaik sehingga memuluskan penerbangan. Revitalisasi juga mencakup renovasi gedung naratama, naratetama, renovasi bangunan operasi, perbaikan sistem drainase dalam bandara, dan penataan fasilitas lain. (*)