EmitenNews.com - Para pemimpin negara menyampaikan dukungan untuk Indonesia yang akan memegang Presidensi Group of Twenty (G20) pada 1 Desember 2021 hingga 30 November 2022. Presiden Joko Widodo telah melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pemimpin negara pada hari pertama KTT G20 Roma, Sabtu (30/10/2021).


Dalam konferensi pers daring yang diunggah kanal resmi Youtube Sekretariat Presiden, Minggu (31/10/2021), Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, saat bertemu Perdana Menteri (PM) Australia, Scott Morrison, kedua Negara sepakat mengusulkan pembahasan mengenai ekonomi digital untuk diangkat dalam forum G20 di Presidensi Indonesia nanti.


“Agar kebijakan dan regulasi di sektor digital tidak berbeda dari sektor konvensional, utamanya dari segi platform digital. Diharapkan bullying (perundungan) di media misalnya tentu akan diatur oleh para platform secara bertanggungjawab dan seimbang,” ujar Airlangga Hartarto, salah menteri yang mendampingi Presiden Joko Widodo dalam rangkaian KTT G20 di La Nuvola, Roma


Dukungan juga datang dari Presiden Prancis, Emmanuel Macron saat melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi di Hotel Splendide Royal, Roma, Italia. Bersama Presiden Macron, Presiden Jokowi membahas mengenai rencana pembentukan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dengan Uni Eropa (IEU-CEPA).


Presiden Jokowi meminta akselerasi dalam pembentukan IEU-CEPA yang diharapkan dapat meningkatkan perekonomian Indonesia. Akselerasi tersebut juga diharapkan meningkatkan ekspor Indonesia ke Eropa dan begitupun sebaliknya. Diharapkan Indonesia sebagai Presidensi G20 mempunyai daya tawar tinggi dan bermanfaat bagi Presidensi Indonesia di G20 dan Presidensi di IEU.


Saat pertemuan bilateral dengan Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, Presiden Jokowi juga membahas mengenai akselerasi rencana pembentukan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif antara Indonesia dengan Turki atau IT-CEPA.


Akselerasi tersebut diharapkan dapat mengembalikan pasar besar minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia di Turki yang sebelumnya menurun. ***