Laba Bukit Asam (PTBA) Kuartal III 2025 Terpangkas 57 Persen
Pengurus Bukit Asam kala mengikuti public expose live. FOTO - ISTIMEWA
EmitenNews.com - Bukit Asam (PTBA) periode sembilan bulan pertama 2025 mencatat laba bersih Rp1,39 triliun. Melorot 56,96 persen dari episode sama tahun lalu senilai Rp3,23 triliun. Dengan hasil itu, laba per saham dasar dan dilusian anjlok menjadi Rp121 dari sebelumnya Rp281.
Pendapatan terkumpul Rp31,33 triliun, surplus tipis 2,21 persen dari periode sama tahun lalu Rp30,65 triliun. Meski volume penjualan meningkat 8 persen YoY, namun pelemahan harga batu bara, baik Newcastle Index turun 22 persen, dan ICI-3 susut 16 persen, berimbas pada pelemahan harga jual rata-rata tercatat turun 6 persen.
Adapun untuk porsi penjualan sampai akhir September 2025, penjualan domestik tercatat 56 persen, sedangkan sisanya 44 persen merupakan ekspor. Pada periode ini, lima negara tujuan ekspor terbesar ditempati Bangladesh, India, Filipina, Vietnam, dan Korea Selatan. Beban pokok pendapatan Rp27,76 triliun, mengalami pembengkakan dari fase sama tahun sebelumnya Rp25,04 triliun.
Lonjakan beban itu, seiring peningkatan volume operasional, baik produksi batu bara naik 9 persen maupun angkutan juga naik 8 persen, meski dari sisi stripping ratio tercatat lebih rendah di angka 5,98x dari pada periode sama tahun lalu 6,02x. Selain itu, pencabutan subsidi komponen FAME pada Biodiesel, dan kewajiban menggunakan B40 juga berdampak pada peningkatan harga BBM Per liter naik 8 persen.
Kondisi itu, otomatis berdampak pada peningkatan biaya bahan bakar yang digunakan perusahaan, baik untuk kegiatan penambangan maupun angkutan kereta api. Di samping itu, beban umum dan administrasi naik 4 persen menjadi Rp52,4 miliar, sedang untuk beban penjualan turun 1 persen atau sebesar Rp7,1 miliar.
Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail mengatakan di tengah tekanan harga batu bara global masih sepanjang 2025, perseroan berhasil mempertahankan kinerja operasional solid, menjaga profitabilitas melalui peningkatan efisiensi biaya, dan optimalisasi portofolio pasar domestik. ”Itu tercermin dari pertumbuhan volume produksi, penjualan tetap positif, realisasi capex mendukung keberlanjutan operasi, dan proyek logistik strategis,” tegasnya. (*)
Related News
Komisaris Kalbe (KLBF) Terpantau Rajin Nyicil Beli Saham, Ada Apa?
MCOR Salurkan Fasilitas Kredit Rp500 Miliar untuk Proyek Infrastruktur
Direktur Utama MAHA Borong Lagi Saham Senilai Rp2 Miliar
Pengendali Baru Caplok 26,871 Persen Saham NATO Senilai Rp393,45 M!
Harga Saham Ngacir Ratusan Persen Sejak IPO, Kini Disorot Bursa
Diganjar Pefindo Peringkat idA+, TINS Janji Terus Perkuat Fundamental





