EmitenNews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan melanjutkan penguatan hari ini, Senin (21/2). Investor menunggu rilis data ekonomi Bank Indonesia (BI) mengenai pertumbuhan tingkat utang Indonesia.
Di mana, utang Indonesia menggambarkan seberapa besar appetite dari para pengusaha untuk kembali menghidupkan aktivitas bisnis. ”IHSG akan bergerak pada rentang support 6.830, dan resisten 6.920,” tutur Alwin Rusli, Research Analyst Reliance Sekuritas.
IHSG Kembali membentuk all time high (ATH), dan kini menuju level di atas 6.900. Pekan lalu, IHSG menembus resistance terbentuk di level 6.874. Indikator MACD dan stochastic sama-sama menanjak, menggambarkan trend bullish kuat. Sejumlah saham berpotensi naik yaitu EMTK, ANTM, BBRI, HRUM, BSDE,TBIG, BBYB, dan AGRO.
Akhir pekan lalu, IHSG kembali mencatatkan level tertinggi di level 6.892,81. Lompatan IHSG dari aliran dana asing tercatat masuk Rp3,02 triliun. Sektor pendorong penguatan IHSG yaitu infrastruktur naik 2,37 persen, teknologi melesat 1,90 persen, dan properti surplus 1,42 persen. Saham paling banyak diburu ARTO, BBRI, dan ASII.
Bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street tersungkur. Itu tersebab ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina. Insiden itu, ditakutkan berpengaruh terhadap harga minyak, karena Rusia salah satu produsen energi dunia. Selain itu, juga membuat harga energi seperti gas dan minyak mentah tetap berada di level yang tinggi.
Smenetara bursa Asia pagi ini sudah mengaspal zona negatif. Nikkei minus 1,1 persen, dan Kospi tekor 0,9 persen. Pelemahan bursa Asia tersebab kekhawatiran investor terhadap ancaman perang Rusia-Ukraina, lonjakan kasus Covid-19, dan tingkat kematian masih tinggi. (*)
Related News

Dapat Tambahan Kuota FLPP, BTN Perluas Akses Rumah Layak bagi Rakyat

Periksa! Ini 10 Saham Top Losers dalam Sepekan

Cek! Berikut 10 Saham Top Gainers Pekan Ini

Surplus 3,37 Persen, Kapitalisasi Pasar Tembus Rp13.599 Triliun

1,42 Juta Wisman Kunjungi Indonesia pada Juni, Naik 8,42 Persen

Produksi Kemasan Nasional Diprediksi Tembus Rp105 Triliun di 2025