EmitenNews.com—Saham PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ), masuk daftar Efek Bersifat Ekuitas Dalam Pemantauan Khusus yang diterbitkan PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada saat yang sama BEI juga membebaskan saham SRAJ untuk diperjualbelikan kembali, setelah di- suspend  sejak 2 November lalu.


Pengumuman Bursa kemarin, Selasa (22/11), yang diterbitkan Kepala Divisi LPP BEI, Saptono Adi Junarso menyebutkan, saham SRAJ masuk dalam kriteria 10 mulai 23 November 2022. Kriteria 10 berarti, "Dikenakan penghentian sementara perdagangan Efek selama lebih dari 1 (satu) Hari Bursa yang disebabkan oleh aktivitas perdagangan," tulis Saptono dalam suratnya.


Sementara itu pengumuman Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Lidia M. Panjaitan, dan Kepala Divisi Pengaturan & Operasional Perdagangan, Pande Made Kusuma Ari A, menyebutkan, "Suspensi atas perdagangan Saham PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk. (SRAJ) di Pasar Reguler dan Pasar Tunai dibuka kembali mulai perdagangan sesi I tanggal 23 November 2022."


Data perdagangan menunjukkan harga saham SRAJ melonjak tinggi pada 20 Oktober hingga 2 November lalu. Dalam rentang waktu tersebut, harga SRAJ bergerak dari posisi terendah Rp127 per lembar hingga mencapai Rp515. Pada 2 November BEI menghentikan perdagangan saham SRAJ di harga Rp515 per lembar saham.


Dari sisi kinerja, kondisi keuangan perusahaan pengelola Rumah Sakit Mayapada, PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk (SRAJ) dalam kondisi yang cukup kritis di kuartal III-2022. Hal in tercermin dari torehan rugi bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp36,41 miliar. Memburuk dari periode sama tahun 2021 yang tercatat laba Rp222,02 miliar.


Pendapatan turun menjadi Rp1,4o triliun per 30 September 2022 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp1,54 triliun. Sayangnya, untuk periode ini beban langsung malah bengkak jadi Rp987,81 miliar dari Rp923,74 miliar. Sehingga laba bruto SRAJ tersisa Rp412,33 miliar turun dari Rp620,84 miliar.


Kondisi keuangan perseroan diperparah dengan beban penjualan yang naik jadi Rp14,54 miliar dari Rp10,09 miliar, lalu  beban umum dan administrasi juga bengkak jadi Rp391,94 miliar dari Rp333,93 miliar.


Sehingga laba usaha tersisa Rp5,84 miliar terjun dari sebelumnya Rp276,80 miliar. Nahasnya perseroan masih menanggung beban bunga Rp52,07 miliar. Sehingga rugi sebelum pajak sudah tercatat Rp34,09 miliar dari sebelumnya laba Rp233,18 miliar.