EmitenNews.com—Manajemen PT Kota Satu Properti Tbk (SATU) dari aspek top line, bila mencermati kinerja keuangan sampai dengan 31 Oktober 2022 yang baru saja disampaikan, terlihat adanya surplus atau kenaikan revenue sebesar 35% dari tahun lalu.

 

"Kami optimis bahwa tren positif tersebut akan terus berlanjut di tahun 2023 dan akan semakin baik," papar Dirut SATU, Momog Imawan dalam kesepakatan public expose perseroan baru-baru ini.

 

Namun menurut Momog, disisi lain bottom line, kami berusaha terus meningkatkan profit salah satunya dengan menekan kerugian dimana terlihat penurunan kerugian 69% dibandingkan dengan year to date tahun 2021. Berkat dukungan masyarakat, karyawan dan stakeholder dengan spirit Level Up yang terus kami gaungkan, kami optimis meraih kinerja yang semakin baik di tahun kedepan.

 

Lebih lanjut Momog menginformasikan bahwa perseroan pada 2023 akan menerapkan capex berdasarkan pengelolaan bisnis yang sehat serta terukur. Dengan mengedepankan service-quality-compliance. Juga dengan pertimbangan dan perencanaan untuk ekspansi bisnis yang agresif namun tetap terukur.

 

"Penggunaan capex tersebut akan dioptimalkan untuk pengembangan bisnis secara organik termasuk di dalamnya adalah peningkatan image perusahaan, perbaikan terus menerus pada operasional perusahaan serta diselaraskan dengan kebutuhan ekspansi," ujar Momog.

 

Leo Agung Vito Wicaksana Direktur SATU menambahkan, strategi 2023 akan bertumpu pada pertumbuhan bisnis secara organik dengan mengedepankan perbaikan kualitas pengelolaan perusahaan dan pertumbuhan bisnis yang sustainable serta ekspansi bisnis yang agresif namun tetap sejalan dengan core bisnis perusahaan.

 

Strategi 2023 akan bertumpu pada pertumbuhan bisnis secara organik dengan mengedepankan perbaikan kualitas pengelolaan perusahaan dan pertumbuhan bisnis yang sustainable serta ekspansi bisnis yang agresif namun tetap sejalan dengan core bisnis perusahaan.

 

Sedangkan terkait kenaikan suku bunga the fed, disebutkan bahwa perseroan tidak mengalami dampak secara langsung karena Perseroan tidak memiliki keterkaitan dengan transaksi luar negeri. Hanya saja dampak secara tidak langsung bisa berefek dengan adanya inflasi dalam negeri terkait hal tersebut yang mengakibatkan kenaikan harga bahan bangunan.