EmitenNews.com - Jepang dan Inggris masuk jurang resesi. Perekonomian kedua negara itu, menyusut dua kuartal beruntun. Pemerintah Jepang mencatat, produk domestik bruto (PDB) turun 0,4 persen secara tahunan alias year-on-year (yoy) periode Oktober-Desember 2023, setelah tekor 3,3 persen kuartal sebelumnya.

Menariknya, ekonom sebelumnya justru memperkirakan median pertumbuhan naik 1,4 persen. Sedang secara triwulanan, PDB turun 0,1 persen dibanding perkiraan median dengan lompatan 0,3 persen. Penyusutan itu, terjadi akibat permintaan domestik melemah.

Inggris juga secara teknis masuk jurang resesi. PDB negara mengalami koreksi 0,3 persen kuartal IV-2023. Padahal, sebelumnya perekonomian negara dipimpin Raja Charles ini sudah menyusut 0,1 persen antara Juli dan September (kuartal III-2024).

Namun, perlambatan ekonomi dan resesi Jepang dinilai tidak berdampak negatif terhadap pasar modal nasional. Pasalnya, indeks Nikkei 225 berada dalam posisi tinggi. Kondisi itu, bisa dimanfaatkan untuk menelisik manfaat dari konstelasi ekonomi global.

"Jadi, caranya tentu dengan pendalaman pasar. Termasuk pertambahan produk dan jasa. Itu kita lakukan untuk makin kompetitif. Pendalaman pasar akan membuat investor asing lebih memilih Indonesia," tutur Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Jeffrey Hendrik, kepada EmitenNews.com, Senin (19/2/2024).

Secara keseluruhan, Bursa menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) mencapai Rp 12,25 triliun pada tahun ini. Untuk mencapai itu, Bursa juga menggenjot minat bukan hanya dari investor domestik namun juga investor asing.

"Investor domestik dan asing kita harapkan bisa berkontribusi. Jadi, resesi ini nggak ada antisipasi khusus. Tapi kita memantau perkembangan global dan bagaimana pasar modal Indonesia, BEI, bisa memanfaatkan itu," imbuh Jeffrey.

"Jadi (resesi Jepang) nggak (berpengaruh). Kalau saat ini kita masih net in flow untuk perdagangan saham. Jadi tidak ada dampak signifikan bersifat negatif. Performa emiten semuanya positif, saya kira bisa menjadi daya tarik bagi investor asing," kata Jeffrey.

Di sisi lain, Reza Priyambada Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia mengatakan, dampak resesi tentu dapat mempengaruhi kegiatan ekspor-impor antara Indonesia dengan negara-negara mitra dagang. Jika negara-negara tujuan ekspor mengalami resesi, permintaan ekspor dari Indonesia akan turun.

Dengan resesi tersebut akan berpengaruh terhadap kegiatan manufaktur beserta rantai pasok industri. "Tentu emiten-emiten berorientasi ekspor seperti komoditas tambang, energi, dan komoditas CPO jika ada penjualan ke luar negeri," ujar Reza kepada EmitenNews.com

Di samping itu, potensi resesi tersebut diharap bank sentral ada kebijakan menurunkan suku bunga sehingga ekspansi kredit untuk kelangsungan dunia usaha dapat terjaga. Kalau itu terjadi, perbankan, konsumer, manufaktur, properti, akan terimbas dampak positif. (*)