EmitenNews.com - Ekonomi digital Indonesia selalu menjadi magnet bagi investor. Terutama pelaku pasar yang ingin menanamkan uang di perusahaan digital Indonesia. Salah satu perusahaan digital menjadi incaran investor asing adalah holding perusahaan Gojek dan Tokopedia yaitu GoTo. 


Beberapa waktu lalu, Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) baru menyuntikkan dana senilai USD400 juta atau lebih dari Rp5,6 triliun lewat penggalangan dana pra-IPO. Masuknya investor sebelum IPO itu, berdampak positif terhadap valuasi GoTo. Bahkan GoTo dikabarkan membidik dana investasi USD1,5-2 miliar atau sekitar Rp21,19-28,26 triliun. 


Menyusul banyaknya dana abadi atau sovereign wealth fund (SWF) masuk GoTo, membuat valuasi Gojek dan Tokopedia mengalami lonjakan signifikan. Berdasar daata CB Insight, valuasi GoTo akhir tahun lalu mencapai USD18 miliar. Menjelang IPO, dan masuknya investor dari Dubai, valuasi GoTo berdasar data Reuters sudah mencapai USD32 miliar.


Menurut Kartika Sutandi, Co Founder Jarvis Asset Management, ketika GoTo hendak melakukan IPO, valuasi induk Gojek dan Tokopedia itu, akan terus mengalami lonjakan. Kartika meramal kala GoTo melakukan IPO, valuasi decacorn tersebut akan mencapai USD35 miliar. Bahkan, ketika sinergi antara Gojek dan Tokopedia itu bisa terbentuk, dan GoFinance sudah mulai dijalankan, Kartika optimistis valuasi GoTo bisa mencapai USD40 miliar.


Apalagi, akhir tahun lalu, PT Dompet Karya Anak Bangsa alias GoPay, terafiliasi Gojek, telah resmi menjadi pemegang saham baru Bank Jago (ARTO) dengan kepemilikan 22,16 persen. Diperkirakan total dana dikeluarkan dalam aksi korporasi itu, mencapai Rp2,77 triliun.


”Investor masuk Gojek dan Tokopedia beberapa waktu lalu untung besar. Salah satunya Telkomsel yang akhir tahun lalu masuk Gojek. Jika kita asumsikan Telkomsel masuk di valuasi GoTo USD18 miliar, maka yield mereka 44 persen. Itu dalam currency dollar ya. tidak ada investasi bisa memberikan yield sebesar itu. Sehingga tepat bagi Telkomsel masuk Gojek sebelum IPO GoTo,” ulas Kartika.


Kalau investasi Telkomsel USD450 juta atau setara Rp6,5 triliun, dalam kalkulasi Kartika, ketika GoTo IPO, investasi yang ditanamkan di PT Karya Anak Bangsa saat ini, sudah tumbuh menjadi Rp2,8 triliun. Jumlah itu, jauh lebih besar dari bisnis konektivitas yang selama ini dibangun Telkom maupun Telkomsel.


”Kalau dibanding laba Telkom tahun 2020 sejumlah Rp29,6 triliun, maka keuntungan bersih investasi Telkomsel di Gojek setara 21,3 persen dari keuntungan Telkom. Investasi pada perusahaan digital akan tumbuh lebih besar dari perusahaan konvensional,” tegas Kartika. 


Jika Telkomsel mendapat keuntungan, ujung-ujungnya pemegang saham Telkom akan diuntungkan. Termasuk Negara yang memiliki saham Telkom. Saat ini, kata Kartika, harga saham Telkom belum merefleksikan investasinya di Gojek. Kalau sudah merefleksikan investasinya di Gojek, harga saham Telkom bisa 30 persen dari harga saat ini.


"Saya optimistis harga saham Telkom setelah GoTo IPO kelak akan 30 persen dari harga sekarang. Harga saham Telkom akan terus tumbuh ketika Telkom dan Telkomsel terus investasi di perusahaan digital. Saat ini, seluruh perusahaan multi nasional termasuk perusahaan telekomunikasi global berinvestasi di perusahaan digital,” tukas Kartika. (*)