EmitenNews.com - Dharma Satya Nusantara (DSNG) per 30 Juni 2023 membukukan pendapatan Rp4,4 triliun, atau naik 15 persen dari periode sama sebelumnya. Segmen kelapa sawit masih menjadi kontributor utama pendapatan dengan menyumbang 88 persen alias Rp3,9 triliun dari total pendapatan. Lompatan kinerja itu, terjadi tengah trend pelemahan harga Crude Palm Oil (CPO). 


”Pada periode ini, produktivitas perkebunan dan volume penjualan mengalami kenaikan, walau harga CPO cenderung lebih rendah dibanding periode sama tahun lalu. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) naik 14 persen dengan volume penjualan CPO naik 41 persen seiring pembelian TBS eksternal lebih banyak,” tutur Andrianto Oetomo, Presiden Direktur Dharma Satya Nusantara. 


Perseroan berhasil mencatat laba bersih senilai Rp360 miliar. Laba bersih itu, mengalami koreksi 23 persen terutama disebabkan peningkatan biaya pupuk, dan kenaikan volume pembelian buah TBS dari pihak eksternal untuk meningkatkan pendapatan perseroan. EBITDA tercatat Rp1,04 triliun, mengalami penurunan 13 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya.


Sedang margin EBITDA tercatat sebesar 24 persen, menurun dari semester pertama tahun lalu 31,4 persen. Total aset tercatat mengalami pertumbuhan 4 persen pada level Rp16 trilliun. Itu dikontribusi penambahan aset tetap, dan persediaan. Sementara total liabilitas tercatat naik 8 persen menjadi Rp7,8 trilliun, dan total ekuitas melesat 0,5 persen menjadi Rp8,2 trilliun. 


Sisi operasional, produksi TBS tercatat 1,04 juta ton, naik 14 persen sejalan pemulihan tanaman kelapa sawit masih terus berlanjut. Dengan tambahan volume pembelian TBS dari pihak eksternal, produksi CPO meningkat 23 persen menjadi 304.335 ton. Perseroan juga berhasil memperbaiki FFA level dari angka 3.87 menjadi 3.07, menjamin kualitas CPO perseroan lebih baik. 


Sementara itu, kinerja segmen produk kayu masih kurang menggembirakan setelah mengalami sentimen pasar bullish pada tahun sebelumnya. Volume penjualan produk panel lebih rendah dari tahun sebelumnya karena kondisi pasar Jepang cenderung overstock. Lalu, pasar Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa juga terdampak faktor inflasi relatif tinggi. Akibatnya, segmen produk kayu mencatat pendapatan Rp505 miliar atau turun 36 persen dari edisi sama tahun sebelumnya. 


Namun demikian, pada kuartal kedua ini segmen produk kayu tersebut mencatat perbaikan volume penjualan dibanding kuartal pertama. Di mana, produk panel meningkat 7,8 persen, dan produk engineered flooring melejit 13,9 persen dari kuartal sebelumnya. (*)