EmitenNews.com - Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) menerbitkan obligasi global senilai USD1 miliar setara Rp14,49 triliun. Latar penerbitan surat utang itu, memperluas alternatif sumber pendanaan mata uang asing berdurasi panjang. 


Selain itu, penerbitan obligasi global berdurasi 10,5 tahun, dan 30,5 tahun, dengan tingkat suku bunga tetap, perseroan akan mendapat sumber pendanaan cukup panjang untuk menuntaskan kewajiban pembayaran. 


”Lebih dari itu, perseroan akan memiliki ruang cukup leluasa untuk memitigasi risiko fluktuasi tingkat suku bunga,” tutur Gideon A. Putro, Corporate Secretary Indofood CBP Sukses Makmur, menjawab pertanyaan Bursa Efek Indonesia (BEI), belum lama ini. 


Dana hasil perolehan bersih penerbitan obligasi global seluruhnya untuk membayar jumlah retensi terutang dalam perjanjian Pinehill dengan jumlah maksimum USD650 juta, yang akan jatuh tempo pada April 2022. Angka USD650 juta itu, setara Rp9,42 triliun dengan kurs tengah Bank Indonesia (BEI) per 30 Juni 2021 yaitu Rp14.496 per dolar Amerika Serikat (USD). ”Lalu, sisanya senilai USD350 juta setara Rp5,07 triliun untuk pembiayaan keperluan umum perseroan,” imbuh Gideon. 


Mengenai dampak terhadap kreditur lawas alias existing, penerbitan obligasi global itu, tidak melanggar pembatasan-pembatasan finansial, dan non-finansial dalam perjanjian kredit dengan kreditur existing karena sudah mendapat waiver. ”Juga tidak ada potensi cross-default,” ucapnya. 


Sementara untuk pelunasan kewajiban surat utang global itu, perseroan berencana menggunakan arus kas internal alias dana dari hasil kegiatan operasional. Pelunasan pokok masing-masing obligasi global akan dilakukan sekaligus pada saat jatuh tempo. ”Sedang pelunasan bunga obligasi secara reguler setiap enam bulan,” tukasnya. 


Sekadar informasi, perseroan menerbitkan obligasi global total USD1 miliar. Sebesar USD600 juta berdurasi 10,5 tahun dengan banderol kupon 3,541 persen. Lalu, USD400 juta berjangka 30,5 tahun dengan bunga 4,805 persen. Berdasar proyeksi manajemen, return on asset (ROA) setelah transaksi lebih rendah menyusul lonjakan aset kas dari hasil penerbitan obligasi.


Total debt to asset ratio, dan total debt to equity tercatat lebih tinggi seiring dengan pencatatan obligasi, namun secara rasio net debt to equity ratio mencatat rasio yang sama dengan sebelum transaksi seiring kenaikan saldo kas. Pada 2030, setelah transaksi, total liabilitas lebih tinggi dibanding sebelum transaksi karena penerbitan obligasi dengan jangka waktu 10,5 tahun, dan 30,5 tahun. ”Namun, lompatan liabilitas itu diimbangi dengan lonjakan saldo kas Indofood CBP untuk pengembangan bisnis,” beber KJPP Rengganis, Hamid & Rekan. (*)