EmitenNews.com - Bakrie & Brothers (BNBR) pengujung 2023 optimistis bakal meraup laba. Itu dengan catatan tetap konsisten. Apalagi, menilik histori 2 tahun 9 bulan terakhir, era tidak mudah untuk membukukan laba.  


Konsistensi itu penting untuk membantu perbaikan dari exchange rate, dan sangat membantu dalam menurunkan utang perseroan menjadi Rp1 triliun dari Rp15 triliun. Lalu, perseroan memiliki kas Rp1 triliun dengan utang telah berkurang Rp13,2 triliun.


Selanjutnya, ekuitas positif Rp2,36 triliun, dan dukungan aset Rp7 triliun. Nah, dengan kondisi balance sheet tersebut, membuat perseroan percaya diri untuk bisa mengembangkan bisnis ke depan tanpa melupakan bisnis existing yang sudah menghasilkan cash flow.


Fokus perseroan menggenjot lini bisnis baru. Itu sebagai upaya transisi ke arah sustainable business, terutama sektor industri elektrifikasi transportasi, industri energi baru & terbarukan (EBT) atau green energy, dan industri konstruksi bangunan ramah lingkungan. 


Langkah itu, tanpa mengenyampingkan dua fokus bisnis utama sebagai sumber cash flow perusahaan yaitu Bakrie Metal Industries (BMI), dan Bakrie Pipe Industries (BPI). Revenue stream baru salah satunya melalui mobil listrik yaitu VKTR Teknologi Mobilitas (VKTR). Pada 2030, akan terjadi ledakan mobil listrik dengan elektrifikasi 10 ribu unit bus Transjakarta.


Tidak hanya beroperasi di Jakarta, VKTR juga akan menjajaki bus listrik daerah lain termasuk IKN. Saat ini, VKTR mengoperasikan 52 unit bus listrik. Tahun depan, diharap merampungkan pabrik bus, dan truk listrik dengan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) untuk segmen business to government (B2G).


Selanjutnya, melalui sisi solar Helio, perseroan akan menggandeng PLN. Animo negara lain membantu Indonesia mengembangkan energi solar begitu besar. Perseroan berambisi menggabungkan wind energy, dan gas energy salah satu entitas Grup Bakrie.


Lalu, perusahaan lewat entitas percetakan 3D, Modula juga membidik pasar low income housing untuk menekan backlog dengan cara lebih modern, dan berkelanjutan. Bisnis tersebut dinilai least time dan least cost. ”Dengan postur neraca lebih sehat, kita bisa berkembang ke depan,” tutur Christofer Alexander Uktolseja, Sekretaris Perusahaan Bakrie & Brothers.


Awal Desember 2023 lalu, perseroan baru menuntaskan restrukturisasi utang Rp13,2 triliun kepada Glencore International AG. Restrukturisasi utang itu dilakukan dengan cara melepas Fitzroy Offshore Ltd. Caranya, Glencore mengalihkan piutang di Bakrie & Brothers ke Telopea Investment Ltd. Selanjutnya, Bakrie & Brothers menyerahkan investasi pada Fitzroy Offshore Ltd.


Pada 29 November 2023, Bakrie & Brothers mengonversi utang menjadi saham senilai Rp6,369 triliun. Tindakan itu, ditempuh dengan cara menerbitkan Obligasi Wajib Konversi (OWK) 99.527.840.300 helai alias 99,52 miliar saham seri E pada harga pelaksanaan Rp64 per lembar. Pencatatan telah dilakukan pada 30 November 2023.


OWK tersebut diserap Levoca Enterprise Ltd, Port Fraser International Ltd, dan PT Prima Elok Makmur. Tepatnya, Levoca Enterprise Ltd menyerap 51,23 miliar lembar setara 38,115 persen, Port Fraser International Ltd 46,35 miliar saham selevel 42,127 persen, dan Prima Elok Makmur 1,94 miliar lembar alias 19,79 persen.


Setelah private placement rampung, jumlah modal disetor dan ditempatkan Bakrie & Brothers menjadi sebanyak 121.612.324.509 lembar. Melambung dari sebelum pelaksanaan private placement maksimal 22.084.484.209 helai.


Bakrie & Brothers telah mendapat persetujuan pemegang saham untuk melaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu atau private placement melalui penerbitan obligasi wajib konversi dan/atau saham biasa seri E sejak 2018. (*)