EmitenNews.com - Penawaran saham Hassana Boga Sejahtera (NAYZ) oversubscribed atau kelebihan permintaan 31,74 kali. Itu menjadi bukti kehadiran perseroan mendapat respons luas pelaku pasar.


Oversubscribed itu, manifestasi amanah investor terhadap prospek calon emiten bidang makanan bayi tersebut cukup menggembirakan. ”Kami bangga respons investor begitu luar biasa,” tutur Lutfiel Hakim, Direktur Utama Hassana Boga Sejahtera.


Dengan IPO itu, Hassana Boga ingin menjangkau lebih banyak pasar, dan produk. Maklum, sudah hampir 7 tahun bersama ibu Indonesia. ”Didukung pengembangan inovasi produk lebih maksimal, kami ingin manfaat produk ini betul-betul menjangkau konsumen,” harap Lutfiel.


Saat ini, kelahiran bayi Indonesia di angka 4,8-5 juta per tahun. Kondisi itu, membuat produk keperluan bayi menjadi buruan. Produk perseroan mempunyai positioning menarik sebagai makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) dimasak dari rumah (home made), tapi juga memberi added value berupa bahan organik, dan terfortifikasi. 


Itu seirama dengan visi perseroan, yaitu menjadikan Hassana Boga Sejahtera sebagai perusahaan Indonesia terbaik menginspirasi kehidupan manusia dengan produk makanan halal, sehat, dan bergizi seimbang. Kunci sukses perseroan bergerak sesuai value sendiri. Perseroan telah menjadi value bagi ibu-ibu muda sibuk, tetapi tetap memberi cinta kasih berupa makanan sehat kepada anak-anak.


Sementara itu, Steffen Fang Direktur Utama Surya Fajar Sekuritas, sebagai penjamin emisi efek perseroan, menyebut investor melihat pertumbuhan bisnis bisa mencetak angka fantastis. Bisnis perseroan berpotensi tumbuh kuat di masa depan. Apalagi, jumlah penduduk usia 0-4 tahun mencapai 22 juta.


Gaya hidup perkotaan makin banyak ibu bekerja, akan mendongkrak permintaan makanan bayi. Dan, produk-produk perseroan sangat menitikberatkan pada aspek organik, sebagai pertimbangan mayoritas orang tua dalam memberi makanan sehat kepada bayi. Perseroan bergerak bidang industri makanan bayi, dan menawarkan maksimal 510 juta saham atau 20 persen dari total kepemilikan saham setelah penawaran umum.


Dengan banderol harga Rp100 per lembar, perseroan akan meraup dana taktis Rp51 miliar. Dana hasil IPO untuk belanja modal, dan promosi. Sekitar Rp4,21 miliar untuk pembelian tanah di Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat (Jabar). Pembelian tanah itu, untuk pembangunan pabrik. Lalu, sekitar Rp30 miliar untuk pembangunan pabrik, pembelian mesin, dan peralatan pabrik di Gunung Sindur, Bogor, Jabar. 


Sisanya, untuk modal kerja seperti pembelian bahan baku, marketing dan promosi, dan biaya operasional perseroan. Dengan pembangunan pabrik baru diharap menaikkan kapasitas produksi secara signifikan. Perseroan memproyeksi periode 2022-2027 volume penjualan akan meningkat 45 persen per tahun. (*)