EmitenNews.com -Pasar obligasi Indonesia menutup tahun 2023 mencatatkan kinerja return yang positif dan mencapai rekor tertingginya untuk masing-masing kelas aset. Secara komposit yang ditunjukkan dari indikator Indonesia Composite Bond Index (ICBI) mencatatkan kenaikan return sebesar +8,65%yoy dari level 344,7816 ke level 374,6140. 

Capaian tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2022 yang mencatatkan positive return sebesar +3,60%yoy. 

Menurut PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) kinerja indeks return obligasi pemerintah atau INDOBeXG-Total Return mencatatkan return sebesar +8,72%yoy dari level 337,2049 ke level 366,6028. Adapun kinerja indeks return obligasi korporasi atau INDOBeXC-Total Return menghasilkan return sebesar +7,78%yoy dari 392,2453 menjadi 422,7766. 

Sementara itu, pasar saham di tahun 2023 mencatatkan positive return sebesar +6,16%yoy. Pada akhir tahun 2023, IHSG ditutup di level 7.272,80 dari sebelumnya di level 6.850,62 pada akhir tahun 2022.

Walaupun pasar obligasi mencatatkan rekor kinerja pada indeks total return, namun pasar tampak menghasilkan capital gain terbatas yang tercermin dari pertumbuhan terbatas pada indeks harga bersihnya (clean price index). 

Kondisi tersebut mengindikasikan return dari kupon menjadi penopang utama pertumbuhan indeks total return pada pasar obligasi di sepanjang tahun 2023. Indeks harga bersih obligasi secara komposit (INDOBeX-CP) naik sebesar +1,50%yoy dari level 116,1094 pada akhir tahun 2022 ke level 117,8527 pada akhir tahun 2023. Kinerja indeks harga bersih obligasi negara (INDOBeXG-CP) yang naik sebesar +1,65%yoy ke level 118,2578 di akhir tahun 2023 dari level 116,3402 di akhir tahun 2022. 

Sedangkan pada indeks harga bersih obligasi korporasi (INDOBeXC-CP) mengalami penurunan sebesar -0,49%yoy ke level 111,5918 dari 112,1363. Terbatasnya pertumbuhan indeks harga bersih tersebut mengindikasikan pasar diwarnai dengan tingginya volatilitas.

Obligasi negara tenor-tenor panjang tampak mengalami kenaikan demand yang tercermin dari penurunan pada kurva imbal hasil obligasi pemerintah pada sisi tenor-tenor menengah hingga panjang. 

Rata-rata penurunan yield kelompok tenor panjang (>7 tahun) turun paling besar yakni hingga -42,73bps yoy. Sementara SBN tenor-tenor menengah (5-7 tahun) mengalami prnurunan ratarata yield sebesar -19,19bps yoy.

Pelaku pasar tampak mengambil momentum potensi capital gain pada tenor-tenor panjang seiring dengan ekspektasi perlambatan ekonomi dan inflasi di masa mendatang sebagai efek pengetatan moneter yang telah dilakukan Bank Sentral domestik dan global. 

Sedangkan pada kelompok tenor pendek (<5tahun) mengalami kenaikan rata-rata yield sebesar +38,75bps yoy. Kenaikan yield khususnya pada kelompok tenor pendek diperkirakan akibat berlanjutnya siklus pengetatan moneter The Fed yang diluar ekspektasi.