EmitenNews.com -Dari Jepang telah dirilis sederet data ekonomi penting yang pada intinya mengatakan bahwa Tankan Manufacturing Outlook Index  alami pertumbuhan signifikan di atas ekspektasi pada kuartal 3,  khususnya bagi pabrikan besar; walau menurut au Jibun Bank Japan Manufacturing PMI untuk bulan September terlihat masih berjuang di wilayah kontraksi.

 

Bicara mengenai Manufacturing PMI untuk bulan September:  Jerman masih di  bawah estimasi, Eurozone dan Inggris mampu penuhi ekspektasi;  yang pasti ketiganya masih berkutat di wilayah kontraksi.  Adapun Eurozone merilis Unemployment Rate pada bulan Agustus di level 6.4% sesuai prediksi, lebih rendah dari bulan Juli di 6.5%.

 

Harga Minyak mentah West Texas Intermediate atau WTI (New York) dan Brent (London)  keduanya drop 2%, melanjutkan penurunan hari Jumat; atas dasar pemikiran bahwa harga energi yang tinggi akan membebani ekonomi global dan mendorong naik Inflasi, sehingga  pada akhirnya akan menekan permintaan akan Crude Oil itu sendiri. Harga kontrak WTI untuk pengiriman November akhirnya  lepas dari level kunci USD90,  ditutup di USD88.82/barrel alias merosot 2.2% secara intraday bahkan sempat menyentuh titik terendah 3 minggu pada USD88.47. 

 

Sementara  harga Brent untuk kontrak Desember yang terkenal paling aktif anjlok 1.6% secara intraday ke angka USD90.71/barrel, walau sempat bangkit dari titik Low USD90.36. OPEC+ akan selenggarakan pertemuan 23 negara produsen Minyak anggotanya pada hari Rabu, di mana sepertinya kecil kemungkinan mereka akan  mengubah pemangkasan produksi 1.3 juta barrel/hari sampai akhir tahun.  Pada saat yang sama, implementasi hal tersebut menimbulkan konsekuensi lain. 

 

Impor Minyak mentah Asia kembali drop selama dua bulan berturut-turut di bulan September, secara maintenance kilang minyak  dan harga Minyak yang meninggi membatasi permintaan. Faktor lain yang memberatkan konsumen Minyak non-AS adalah melonjaknya Dollar ke level tertinggi 10 bulan atas dasar  trend naik suku bunga AS  yang masih punya kemungkinan berlanjut.

 

Tak mau kalah, Indonesia publikasikan Nikkei Manufacturing PMI yang ternyata pertumbuhannya sedikit melambat ke level 52.3 pada bulan September, dibanding  53.9 pada bulan Agustus.  Adapun tingkat Inflasi bulan September semakin mendingin ke angka 2.28% yoy, dari 3.27% di bulan Agustus; walau secara bulanan pertumbuhannya justru memanas 0.19% mom, dibanding bulan sebelumnya yang deflasi -0.02%. 

 

Secara Inflasi Inti, yang mengecualikan harga barang-barang yang volatile seperti bahan bakar dan makanan, stabil di bawah level aman Bank Indonesia 3%, yaitu kembali melandai pula ke tingkat 2.0% yoy, mampu lebih rendah dari ekspektasi & posisi bulan Agustus di 2.18%.   

 

Melihat posisi Closing IHSG kemarin yang masih ragu-ragu menembus Resistance penting MA10 & MA20, Head Of Research Nh Korindo Sekuritas Liza C. Suryanata mengingatkan para investor/trader untuk menahan Average Up sampai setidaknya IHSG mampu  ditutup mantap di atas 6970 (even better jika mampu masuk kembali ke wilayah 7000-an).

 

IHSG hari ini diprediksi akan bergerak pada range support di 6930-6900 /  6800. Sedangkan untuk target atau resistance terdekat di  6970 dan selanjutnya pada level 7000-7060.