EmitenNews.com - Hasil penerbitan obligasi Bank CIMB Niaga (BNGA) tidak sesuai ekspektasi. Itu terjadi setelah perseroan hanya menyerap dana taktis Rp1,9 triliun. Jauh meleset dari skenario awal dengan proyeksi Rp8 triliun. 


Perseroan berdalih kegagalan menjaring dana fantastis itu, tersebab pertumbuhan kredit belum maksimal. Padahal, pertumbuhan pendanaan dari nasabah sangat baik, dan rasio kecukupan modal bank sangat bagus. ”Ini efek pandemi Covid-19 belum menghilang,” tutur John Simon, Direktur Bank CIMB Niaga, seperti dilansir Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (13/12). 


Secara rinci perseroan menjajakan obligasi berkalanjutan III dengan target Rp6 triliun. Lalu, obligasi subordinasi berkelanjutan I dengan proyeksi dana Rp2 triliun. Obligasi berkelanjutan III tahap I tahun 2019 dengan bunga tetap Rp1,82 triliun meliputi tiga seri.


Seri A senile Rp276 juta dengan bunga 6,50 persen per tahun, dan durasi 370 hari jatuh tempo pada 29 Desember 2020. Seri B sejumlah Rp1,06 triliun dengan bunga 7,55 persen per tahun, dan jank waktu 3 tahun jatuh tempo pada 19 Desember 2022. Dan, Seri C sebesar Rp481 juta dengan bunga 7,80 persen per tahun berdurasi 5 tahun jatuh tempo 19 Desember 2024. 


Selanjutnya, obligasi subordinasi I tahap I 2019 dengan tingkat bunga tetap sejumlah Rp83 miliar dalam satu seri. Jumlah pokok obligasi Rp83 miliar dengan tingkat bunga 8,05 persen per tahun berdurasi lima tahun jatuh tempo pada 19 Desember 2024. (*)