EmitenNews.com -  PP Presisi (PPRE) semakin fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income, hal ini terungkap di dalam paparan publik tahunan yang telah diselenggarakan hari ini Kamis (11/11).

 

"Melihat peningkatan harga nikel yang terus meningkat yang didorong oleh permintaan akan bahan baku baterai yang ditandai oleh pembangunan smelter & pabrik pembuatan baterai, serta kinerja lini bisnis jasa pertambangan yang cukup menggembirakan dalam waktu yang relatif singkat, termasuk mendapat kepercayaan dari salah satu tambang nikel terbesar di Indonesia, mendorong kami semakin fokus mengembangkan jasa pertambangan sebagai sumber recurring income".

 

"Kami menargetkan jasa pertambangan akan memberikan kontribusi sebesar 50%, terbesar di antara lini bisnis lainnya pada tahun 2025" ujar Rully Noviandar Direktur Utama PP Presisi dalam siaran persnya Kamis (11/11).

 

"Untuk mencapai tujuan tersebut, kami telah menyusun winning target 2022 melalui strategi : optimalisasi alat berat, peningkatan kapasitas keuangan, peningkatan kapabilitas SDM, penerapan centralize SCM, dukungan IT & equipment technology, dan peningkatan tata kelola Perusahaan. Sehingga jasa pertambangan yang terintegrasi dapat segera terwujud yang akan memberikan better profit, stakeholder value added dan better cashflow," tambah Ruly.

 

"Karenanya kami telah menganggarankan capex yang diestimasi mencapai Rp500 miliar, yang sebagian besar dialokasikan sebagai capex expanding untuk mining services pada tahun depan untuk menambah jumlah fleet yang dibutuhkan seiring dengan penambahan kontrak baru".

 

"Untuk membiayai capex tersebut, kami merencanakan untuk mengeluarkan obligasi pada kuartal kedua 2022," ujar Benny Pidakso, Direktur Keuangan PP Presisi.

 

Benny menambahkan bahwa, "perolehan kontrak baru per Oktober telah mencapai Rp4,8triliun meningkat sebesar 129% YoY dari Rp2,1triliun, periode yang sama tahun lalu dan melampaui target 2021 sebesar 133%, yang mana 49% merupakan kontrak jasa pertambangan".

 

"Dan diprognosakan akan mencapai Rp5,3 triliun hingga Desember 2021". "Sedangkan Revenue & Ebitda diprognosakan masing-masing mencapai sebesar Rp3,1 triliun dan Rp940 miliar," tutup Benny.