EmitenNews.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai krisis pangan yang terjadi dewasa ini sungguhnya merupakan peluang bagi bisnis yang bergerak di bidang pertanian. Karena itu ia mendorong para pelaku usaha rintisan atau startup untuk berani menangkap peluang di sektor pangan yang dinilainya masih terbuka begitu lebar dan bahkan membesar karena krisis pangan dampak agresi militer Rusia ke Ukraina.


Presiden menyebut berdasarkan populasi startup Indonesia saat ini, hanya empat persen saja yang berkecimpung di sektor agrikultur. "Masalah krisis pangan, urusan pangan ke depan ini akan menjadi masalah besar yang harus dipecahkan oleh teknologi. Dan itu adalah kesempatan, peluang, opportunity, dan agrikultur," kata Presiden saat membuka BUMN Startup Day di ICE BSD City, Tangerang, Banten, Senin (26/9) yang disiarkan kanal YouTube resmi Sekretariat Presiden.


Menurutnya porsi empat persen itu masih tertinggal jauh dibandingkan sektor fintech yang mendominasi populasi startup Indonesia dengan 23 persen atau ritel sebesar 14 persen.


Presiden menjabarkan dalam sektor pangan terdapat setidaknya tiga aspek yang bisa disasar oleh para pelaku usaha rintisan Indonesia, yakni produksi, distribusi, dan pemasaran.


"Di sini ada peluangnya semuanya. Urusan produksinya ada, urusan distribusinya ada, urusan pasarnya ada semua peluangnya," katanya.


Kepala Negara juga mengingatkan para pelaku usaha rintisan bahwa sektor pangan tidak hanya berkenaan dengan beras sebagai komoditas makanan pokok utara masyarakat Indonesia.


Untuk komoditas makanan pokok sendiri Presiden mencontohkan ada sorgum, porang, cassava (singkong), dan sagu. Jokowi juga menyebut hal yang sama berlaku pada sayur-sayuran maupun pangan ikan-ikanan.


"Sehingga ini menjadi sebuah peluang besar dan target konsumen dari petani di ladang, nelayan di lautan, sampai masuk ke dapurnya ibu-ibu rumah tangga. Peluangnya sangat besar sekali," katanya.(fj)