EmitenNews.com - Sinyal pemulihan ekonomi dunia sudah mulai terlihat di beberapa negara, termasuk Indonesia. Perekonomian global diproyeksikan akan tumbuh sebesar 4,3%-4,9% (yoy) di 2022.


Perekonomian Indonesia sendiri berhasil tumbuh positif pada Kuartal II dan III tahun lalu. Pertumbuhan tersebut diproyeksikan pemerintah akan terus meningkat, terlihat dari perkembangan beberapa indikator utama.


Mennko Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan ekonomi tahun 2022 ini diperlukan strategi khusus yang dapat diimplementasikan di dalam negeri dan dengan menyesuaikan kondisi yang terjadi pada perekonomian global.


"Pengendalian pandemi masih akan menjadi prioritas utama di 2022, dimana kesuksesan dalam mengatasi lonjakan akibat varian Delta di pertengahan tahun lalu akan menjadi pembelajaran berharga dalam mengatasi varian Omicron tersebut. Dengan demikian, momentum pemulihan ekonomi juga dapat terus dijaga melalui pengendalian kondisi sektor kesehatan," katanya di acara “Standard Chartered Global Research Briefing 2022” secara virtual, Rabu (12/01).


Selain pengendalian dari sisi kesehatan, Pemerintah tetap melanjutkan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dengan alokasi anggaran Rp414 triliun, yang akan mendorong front-loading dan melanjutkan elemen fleksibilitas untuk menyesuaikan situasi pandemi. Program PEN juga akan meningkatkan daya beli masyarakat dan menjaga keberlangsungan sektor bisnis.


“Aktivitas manufaktur dan indeks kepercayaan konsumen bertahan di level ekspansi. Hal ini sejalan dengan penjualan ritel yang juga meningkat akibat bertambahnya permintaan," kata Airlangga.


Karena itu pemerintah memastikan pelonggaran mobilitas masyarakat yang disertai penerapan protokol kesehatan tetap akan mendukung keberlanjutan pemulihan ekonomi tahun ini.


Fundamental ekonomi nasional juga diperkuat dengan perbaikan di sektor eksternal dan keuangan. Neraca perdagangan mampu menghasilkan surplus untuk 19 bulan berturut-turut dan penanaman investasi di dalam negeri pun meningkat di tahun 2021. Sementara itu, kebijakan moneter yang akomodatif menyebabkan perluasan penyaluran kredit dengan rasio kredit macet berada di kisaran 3%.


Optimisme investor terus dipertahankan dengan memperlihatkan rating kredit Indonesia yang terjaga meskipun berada dalam tekanan pandemi selama tahun lalu.


Pemerintah berkomitmen melanjutkan hal ini untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi. Selain itu, koordinasi kebijakan makro ekonomi juga akan terus diperkuat untuk memberi sentimen positif di 2022. "Sehingga pertumbuhan ekonomi kita diproyeksikan dapat menyentuh angka 5,2% (yoy) di akhir tahun mendatang,” jelas Airlangga.


Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menurutnya diperlukan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan kesejahteraan sosial masyarakat, seiring dengan target keluar dari Jebakan Kelas Menengah dalam jangka menengah-panjang. Reformasi struktural merupakan kunci keberhasilan transformasi ekonomi berkelanjutan.


Untuk meningkatkan jumlah investasi, Pemerintah telah memperluas ranah investasi untuk memperluas penciptaan lapangan kerja baru. Terdapat 246 bisnis prioritas yang akan terbuka untuk investasi dengan difasilitasi insentif fiskal dan non fiskal. Industri yang berorientasi ekspor dan berteknologi tinggi menjadi hal yang diutamakan agar dapat menjadi motor dalam pertumbuhan ekonomi nasional ke depannya.


Airlangga menyebut Indonesia telah sukses meraih beberapa komitmen investasi dari luar negeri. Misalnya, kerja sama Indonesia dan Uni Emirat Arab telah menghasilkan komitmen bisnis dan investasi sebesar USD44,6 miliar. Ditambah lagi investasi sebesar USD9,29 miliar yang berhasil didapatkan Indonesia dari COP26 Summit tahun lalu untuk memperkuat pembangunan berkelanjutan.(fj)