Ramaikan CAEXPO-CABIS 2025, BPDPKS Perbesar Akses Pasar Tiongkok

RAMAI - Sejumlah pengunjung termasuk mahasiswa Guangxi University antusias bertanya tentang sawit di booth BPDP di ajang CAEXPO-CABIS ke-22 17-21 September 2025 di NICEC, Guangxi. FOTO - ISTIMEWA
EmitenNews.com - Suasana Paviliun Indonesia pada ajang China-ASEAN Expo (Caexpo) dan China-ASEAN Business and Investment Summit (Cabis) makin semarak. Itu dengan kehadiran Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Tahun ini, Caexpo Cabis ke-22 berlangsung di Nanning International Convention and Exhibition Center (Nicec).
Tahun ini, BPDP kembali menggandeng Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) untuk membawa misi penting: mempromosikan sawit berkelanjutan sekaligus memperbesar akses pasar internasional, khususnya ke Tiongkok. Booth BPDP menampilkan kampanye “Sawit Baik” menekankan keberlanjutan, keterlacakan (traceability), dan kontribusi sawit bagi perekonomian nasional.
Tidak hanya sebatas edukasi, BPDP juga menghadirkan produk kreatif dari UMKM binaan. Salah satunya CV Smart Batik. Mengolah hasil samping kelapa sawit menjadi produk unik seperti sandal, tas, dan kerajinan tangan lainnya. Produk ini sukses menarik perhatian pengunjung pameran, yang antusias menanyakan bahan baku, proses produksi, hingga peluang kemitraan bisnis.
Kehadiran produk inovatif berbasis sawit memperlihatkan wajah baru industri sawit Indonesia: tidak hanya berorientasi pada ekspor minyak sawit mentah (CPO), tetapi juga menghasilkan produk turunan bernilai tambah tinggi. Suasana booth BPDP makin ramai dengan interaksi langsung antara pelaku UMKM, dan calon mitra bisnis Tiongkok, mencerminkan potensi besar bagi ekspansi pasar produk hilir sawit Indonesia.
Partisipasi BPDP pada Caexpo makin relevan mengingat Tiongkok merupakan salah satu pasar utama sawit Indonesia. Pada 2024, Tiongkok tercatat sebagai pengimpor minyak sawit terbesar kedua setelah India, dengan volume lebih dari 6 juta ton per tahun. Permintaan tersebut dipicu kebutuhan industri pangan, oleokimia, dan energi terbarukan. Bagi Indonesia, penguatan akses ke pasar Tiongkok menjadi strategi penting untuk menjaga stabilitas harga, dan meningkatkan kesejahteraan petani sawit.
Selain itu, sawit merupakan penyumbang devisa ekspor terbesar bagi Indonesia. Pada 2024, nilai ekspor sawit dan produk turunannya mencapai lebih dari USD25 miliar, atau sekitar 12–13 persen dari total ekspor nasional. Angka itu, menunjukkan kalau sawit bukan hanya komoditas unggulan, tetapi juga tulang punggung perekonomian Indonesia. Dengan memperluas pasar, termasuk ke Tiongkok, diharap kontribusi akan makin meningkat di tahun-tahun mendatang.
Wakil Ketua Gapki menegaskan pentingnya forum internasional seperti Caexpo untuk memperluas pasar sekaligus memperkuat pemahaman global mengenai komitmen sawit Indonesia. “Caexpo-Cabis memberi ruang strategis bagi kami untuk menyampaikan pesan kalau sawit Indonesia berkomitmen pada prinsip keberlanjutan. Tiongkok pasar yang terus berkembang, dan melalui forum ini kami tidak hanya memperkuat pemahaman, tetapi juga membuka peluang bagi diversifikasi produk hilir, dan UMKM berbasis sawit,” ujarnya.
Kehadiran BPDP pada Caexpo-Cabis 2025 membuktikan Indonesia tidak hanya membawa komoditas unggulan, tetapi juga visi jangka panjang untuk memperluas pasar sekaligus meningkatkan nilai tambah sawit tingkat global. Melalui sinergi antara pemerintah, Gapki, dan UMKM, misi sawit berkelanjutan diharapkan dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen dan pemasok utama sawit dunia, sekaligus memberikan manfaat nyata bagi petani, pelaku UMKM, dan masyarakat luas sekitar perkebunan. (*)
Related News

PiIar Infrastruktur Industri: Motor Hilirisasi Pasar Modal RI di ASEAN

Grup Astra (ACC) Gandeng 10 Brand Otomotif

UMKM Fashion Bandung Naik Kelas, Tembus Pasar Internasional

Soal Penempatan dana Rp200 Triliun, OJK Ingatkan Bank Tetap Hati-Hati

Pemerintah Godok Insentif Penarikan Dolar WNI dari Luar Negeri

Sektor Pertanian Serap 28,53 Persen Tenaga Kerja di Kuartal II