EmitenNews.com - PT Bank Tabungan Negara (BBTN) telah merampungkan roadshow ke investor institusi sejumlah negara. Misalnya, Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Singapura. Pada berbagai forum investor, manajemen BTN memaparkan rencana penerbitan saham baru melalui skema right issue, dan perkembangan terbaru bisnis perseroan. 


Wakil Direktur Utama BTN Nixon L. P Napitupulu menjelaskan investor antusias dengan berbagai inisiatif strategis Bank BTN meningkatkan profitabilitas sekaligus mewujudkan visi besar menjadi mortgage digital bank terbesar di kawasan. ”Beragam pertanyaan investor ajukan menunjukkan kami sudah lama tidak berdiskusi, dan menyampaikan business updates ke investor global. Investor cukup surprise dengan sejumlah perbaikan, dan pencapaian BTN,” tutur Nixon. 


Selama ini, investor asing melihat masalah likuiditas, struktur biaya dana alias cost of fund, dan rasio pembiayaan bermasalah atau NPL sebagai tantangan utama bank. Pemodal bule itu terkejut transformasi tiga tahun terakhir telah mengubah fundamental perseroan secara signifikan, sehingga BTN menjadi lebih kuat, lebih sehat, dan tumbuh secara berkualitas.   


“Angka NPL berhasil kami tekan, porsi dana murah (CASA) makin bertambah, dan rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) konsisten berada di ambang batas ideal. Aneka pencapaian itu tercermin pada pertumbuhan laba bersih,” imbuh Nixon. 


Per 30 September 2022, bank spesialis kredit perumahan itu, sukses membukukan laba bersih Rp2,28 triliun, melonjak 50,11 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya senilai Rp1,51 triliun. Sepanjang periode Januari-September 2022, BTN menyalurkan kredit Rp289,6 triliun, meningkat 7,18 persen dari posisi sama tahun lalu. Fokus manajemen pada pertumbuhan kredit berkualitas berdampak positif ke NPL. ”Sentralisasi proses kredit membuat NPL Gross pada kuartal III berada pada level 3,45 persen, lebih rendah dari sebelumnya di level 3,94 persen. Sedang NPL Nett 1,23 persen turun dari posisi 1,50 persen,” ucapnya. 


Dari sisi funding, manajemen berhasil mengumpulkan CASA Rp143,59 triliun, tumbuh 18,7 persen dibanding akhir September 2021 senilai Rp120,96 triliun. CASA berkontribusi 45 persen terhadap total dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp312,84 triliun. Kenaikan dana murah itu sukses menekan biaya dana atau cost of fund pada akhir September 2022 menjadi 2,36 persen dibanding periode sama tahun lalu 3,28 persen. 


Investor sebut Nixon juga optimistis dengan prospek pembiayaan properti nasional sekalipun terdapat tantangan inflasi, suku bunga, dan daya beli. Optimisme muncul setelah diberikan pemahaman tentang bisnis model, dan segmen pasar dilayani BTN. Investor mengapresiasi komitmen perseroan yang akan menggunakan seluruh dana hasil right issue untuk meningkatkan penyaluran kredit.


”Angka backlog perumahan 12 juta unit itu peluang sangat menarik, dan mayoritas diwakili masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) selama ini menjadi target pasar BTN. Posisi kami sebagai tulang punggung pemerintah dalam program KPR bersubsidi meningkatkan keyakinan investor terhadap prospek pertumbuhan BTN ke depan,” urai Nixon. 


BTN menyalurkan kredit perumahan hingga akhir September 2022 mencapai Rp256,48 triliun. Nah, dari jumlah itu, KPR Subsidi berkontribusi Rp140,97 triliun, tumbuh 8,46 persen dibanding periode sama tahun lalu Rp129,97 triliun. Sedang KPR Non Subsidi tumbuh 6,4 persen menjadi Rp87,11 triliun.


Setelah menuntaskan kunjungan ke investor institusi sejumlah negara, BTN optimistis right issue akan menuai apresiasi positif pelaku pasar. Atas dasar itu, manajemen akan menetapkan harga pelaksanaan (right) di kisaran premium namun tetap mempertimbangkan potensi cuan untuk investor. ”Angka persisnya tunggu informasi resmi akan disampaikan pada prospektus final. Kisi-kisinya, kami akan memberikan diskon sekitar 15-20 persen dari harga saham atau PBV terakhir,” kata Nixon. 


Pada akhir pekan lalu, saham BTN ditutup di level Rp1.525, mencerminkan PBV 0,76x. Artinya, 1x nilai buku BTN berada di level 2.040. Analis menilai valuasi saham BTN kemurahan, dan belum mencerminkan fundamentalnya. Oleh karena itu, sejumlah sekuritas memberi rekomendasi beli dengan target harga rata-rata di atas Rp1.900.


Terakhir, RHB Sekuritas menyematkan buy untuk Bank BTN dengan target harga Rp2.450. Lalu, Bahana Sekuritas menetapkan Rp1.950. Sebelumnya, BRI Danareksa, dan MNC Sekuritas juga menyarankan beli dengan target harga di atas Rp2.200.    


Analis RHB Sekuritas Indonesia Ryan Santoso dan Andrey Wijaya mengatakan, masuknya dana segar dari pelaksanaan right issue bakal mengerek capital adequacy ratio (CAR) BTN menjadi sekitar 19-20 persen dibanding catatan September 2022 sebesar 17,3 persen. ”Kami memperkirakan limpahan dana segar memperkuat kemampuan mendongkrak pertumbuhan kredit ke depan. Apalagi pemerintah merencanakan peningkatan pemberian subsidi pembelian rumah bagi 200 ribu unit pada 2023, dibanding target tahun 2022 sekitar 168 ribu,” terangnya dalam riset.


RHB Sekuritas juga berpandangan positif terhadap persetujuan penjualan aset-aset tidak produktif atau NPL secara bulk sales lewat skema aset swap atau tukar guling aset dengan surat berharga. Sebab, aksi itu diprediksi bisa membebaskan biaya provisi senilai Rp700 miliar, menurunkan NPL 0,06 persen, dan LAR 0,18 persen. ”Perseroan telah mendapat persetujuan menjual aset Rp1,1 triliun dengan target transaksi tuntas pada kuartal terakhir tahun ini,” terangnya. 


Mengenai pertumbuhan kredit BTN tahun ini, diproyeksi  mencapai angka 9-10 persen. Target itu didasarkan pencapaian kredit per 30 September 2022 dengan pertumbuhan kredit pemilikan rumah (KPR) bersubsidi 8,5 persen. Lalu, KPR non subsidi melesat 20,4 persen.


Berbagai strategi itu, mendorong RHB Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham BTN dengan target Rp2.450 per lembar. Target itu, merefleksikan pesatnya peningkatan laba bersih perseroan setelah right issue, dan penjualan aset tuntas tahun ini. (*)