EmitenNews.com - Kurs atau nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu (14/9) pagi ini melemah terhadap dolar AS. Pelemahan diduga tertekan oleh data inflasi Amerika Serikat (AS) yang masih tinggi.


Pada pukul 10.12 WIB Rupiah melemah 56 poin atau 0,37 persen ke posisi Rp14.907 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.851 per dolar AS.


Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan penguatan dolar AS merupakan respot terhadap data inflasi AS yang dirilis semalam.


"Pasar melihat tingkat inflasi AS bulan Agustus masih menunjukkan kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Inflasi AS secara tahunan pun masih berada di atas kisaran 8 persen," jelasnya.


Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Selasa (13/9) bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) negara itu naik 0,1 persen (mom) pada Agustus atau 8,3 persen (yoy). IHK inti, yang tidak termasuk makanan dan energi, naik 0,6 persen (mom) atau 6,3 persen (yoy). Angka tersebut lebih tinggi dari ekspektasi pasar.


Indeks yang lebih tinggi dari yang diperkirakan inilah yang menurut Atiston mendorong dolar AS lebih kuat dan memicu ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga yang lebih besar oleh Federal Reserve (Fed) dalam upaya untuk mengekang inflasi yang kian panas.


"Hal ini bakal menjadi alasan bagi The Fed untuk melanjutkan kebijakan kenaikan suku bunga acuannya. Sebelumnya para pejabat The Fed telah mengindikasikan bahwa menurunkan tingkat inflasi adalah prioritas utama saat ini," kata dia.


Dari dalam negeri, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak atau BBM subsidi diyakini masih menjadi penekan rupiah karena berpotensi menaikkan inflasi Indonesia lebih tinggi yang bisa menekan pertumbuhan ekonomi. Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level Rp14.850 per dolar AS hingga Rp14.950 per dolar AS.(fj)