EmitenNews.com - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (3/7) pagi meningkat 44 poin atau 0,29 persen ke posisi Rp15.023 per dolar AS. Rupiah menguat dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.067 per dolar AS.
Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra, menyebut penguatan rupiah di awal pekan tak lepas dari rilis data inflasi inti Amerika Serikat (AS) pada Jumat (20/6) malam waktu setempat yang menunjukkan penurunan dibanding bulan sebelumnya.
"Rilis data inflasi Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Inti atau Core Price Consumption Expenditures (PCE) Index yang menurun membuka ekspektasi bahwa Bank Sentral AS, The Fed bisa melonggarkan kebijakan pengetatan moneternya ke depan," katanya .
Dengan demikian, Ariston mengatakan kondisi tersebut bisa mendorong pelemahan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya.
Inflasi inti AS, yang diukur dengan perubahan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Inti menurun menjadi 4,6 persen pada Mei 2023 dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) dari 4,7 persen (yoy) pada April 2023. Indeks inflasi inti ini menjadi salah satu dasar The Fed untuk menentukan arah kebijakan.
Di sisi lain, pasar masih mewaspadai isu pelambatan ekonomi global dimana perlambatan sudah terjadi di Eropa dan China.(*)
Related News

BMKG: Bencana di Era Perubahan Iklim Makin Sulit Diprediksi

Tunggu Perkembangan Timur Tengah, Rupiah Melemah Terhadap Dolar

Laju Terhenti, Harga Emas Antam Hari ini Turun Rp18.000 per Gram

Izin Investor, GOTO Alihkan Saham Treasuri 32,18 Miliar Lembar

Jadi Investor Terbesar di Indonesia, Prabowo Puji Habis Singapura

Indonesia-Singapura Tanda Tangani 3 MoU, Total Nilai Rp162,9 Triliun