EmitenNews.com - Pertamina Hulu Borneo (PHB) meneken kontrak kerja sama (KKS) dengan Eni Peri Mahakam Ltd, dan Pertamina East Natuna (PEN). Kontrak kerja sama wilayah kerja (WK) Peri Mahakam dan WK East Natuna itu, dilakukan di kantor Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). 


PHB, dan PEN merupakan afiliasi yang ditugaskan Pertamina Hulu Energi (PHE) atas pengelolaan masing-masing WK tersebut. Penandatanganan KKS WK Peri Mahakam dilakukan Direktur Utama PHB Chalid Said Salim, dan Managing Director Eni Peri Mahakam Ltd. Roberto Daniele, sedang WK East Natuna diteken Direktur PEN Wisnu Hindadari. 


Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mewakili Pemerintah dalam penandatanganan KKS tersebut. Prosesi penandatanganan disaksikan langsung Direktur Jenderal Migas Tutuka Ariadji, Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Noor Arifin Muhammad, Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis PHE Danar Dojoadhi, dan Direktur Utama Pertamina Hulu Indonesia John Anis. 


Kedua KKS itu, akan berlaku 30 tahun dengan menggunakan skema cost recovery. Dirjen Migas Tutuka meminta KKKS menjaga komitmen, dan berperan aktif mendukung kebutuhan energi nasional di masa mendatang. Tutuka juga menegaskan komitmen Pemerintah mendukung pengembangan migas nasional. ”Pemerintah Indonesia akan terus mendukung pengembangan kegiatan hulu migas dengan melakukan improvement sistem pengelolaan migas sehingga dapat meningkatkan keyakinan investor dalam berinvestasi,” tutur Tutuka. 


Hal senada diungkap Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto. Dwi menyatakan komitmen mendukung percepatan strategi agar proyek berjalan tepat waktu. "Saya siap mendukung upaya mengelola blok yang telah diteken ini,” tegas Dwi.


Pemerintah telah menetapkan PHB 51 persen, dan Eni Peri Mahakam Ltd. 49 persen sebagai pengelola WK Peri Mahakam di lepas pantai, dan daratan Timur Kalimantan meliputi area seluas 7.414,43 km2 dengan total investasi komitmen pasti 3 tahun pertama masa eksplorasi USD7,2 juta. Meliputi kegiatan studi G&G, akuisisi, processing 150 km2 data seismik 3D, dan pengeboran satu sumur eksplorasi.


Sedang WK East Natuna akan dikelola 100 persen oleh Pertamina East Natuna. WK East Natuna terletak di offshore Laut Natuna dengan luas 10.484 km2. WK ini berada di wilayah perbatasan negara Indonesia-Malaysia-Vietnam. Pengelolaan WK East Natuna fokus pada eksplorasi minyak untuk mengakselerasi pengembangan lapangan area batas negara, dan pengembangan kawasan perbatasan. Total investasi komitmen pasti 3 tahun pertama masa eksplorasi USD12,5 juta. Meliputi kegiatan studi G&G, akuisisi, processing 430 km2 data seismik 3D, dan pengeboran satu sumur eksplorasi.


Direktur Utama PHE Wiko Migantoro, menjelaskan teken WK Peri Mahakam, dan WK East Natuna oleh afiliasi PHE dengan SKK Migas sebuah pencapaian penting dalam meningkatkan portofolio hulu perusahaan. “Kami percaya amanah kepada PHE mengelola WK Peri Mahakam, dan East Natuna akan memberi value signifikan. Pertamina berkomitmen menjadi accelerator eksplorasi dalam negeri baik melalui eksplorasi aset-aset eksisting, pelaksanaan Joint Study, maupun akuisisi WK baru. Seiring peningkatan portofolio, dan kinerja perusahaan makin kuat akan terus meningkatkan nilai perusahaan," terang Wiko.


Khusus untuk East Natuna, PHE berkomitmen menjadikan East Natuna sebagai aset strategis, tidak hanya untuk peningkatan ketersediaan sumber energi dalam pemenuhan kebutuhan nasional, namun juga untuk ikut serta menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ”Itu sudah menjadi komitmen kami,” tambahnya.


PHE akan terus berinvestasi dalam pengelolaan operasi dan bisnis hulu migas sesuai prinsip Environment, Social, Governance (ESG). Itu penting untuk mendukung target pemerintah mencapai produksi minyak 1 juta BOPD, dan produksi gas 12 BCFD pada 2030. PHE telah terdaftar dalam United Nations Global Compact (UNGC) sebagai partisipan/member sejak Juni 2022. 


PHE berkomitmen pada 10 prinsip universal atau Ten Principles UNGC dalam strategi, dan operasional, sebagai bagian penerapan aspek ESG. PHE akan terus mengembangkan pengelolaan operasi dalam dan luar negeri dengan operation excellent secara profesional. Itu sangat krusial untuk menjadi perusahaan minyak dan gas bumi kelas dunia yang Environmental Friendly, Socially Responsible, dan Good Governance. (*)