EmitenNews.com - Saham Mitra Komunikasi Nusantara (MKNT) mengalami koreksi 99 persen. Itu terjadi sejak mencatatkan saham perdana dengan banderol Rp200. Artinya, terjun bebas 197 poin dari skema harga awal menjadi Rp2. 


Ingat perseroan resmi mencatat saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 26 Oktober 2015 silam. Menanggapi itu, manajemen mengaku tidak mengetahui informasi atau fakta material yang dapat mempengaruhi nilai efek perusahaan. Nilai efek perusahaan secara keseluruhan dikendalikan mekanisme pasar.


Kendati begitu, perseroan terus berusaha untuk meningkatkan kinerja dengan mendongkrak jumlah customer. Berupaya meningkatkan fundamental perseroan dengan cara memperbaiki, dan meningkatkan kinerja melalui langkah-langkah strategi yang telah direncanakan. 


Salah satunya, menjalankan kegiatan usaha melalui PT Mitra Bintang Sejahtera Trading (MBST) yaitu perdagangan umum penjualan bahan baku tekstil, dan benang. Per 27 November 2023, MBST sudah mulai beroperasi. MBST sudah memiliki bahan baku, dan akan menjual ke pihak terafiliasi. 


Selain itu, perusahaan mengubah haluan dengan merubah kegiatan usaha telekomunikasi dengan cara melakukan divestasi anak atau cucu perseroan. Pada 2018, mendivestasi anak usaha PT Kasih Anugerah Kreasi, dengan mencatat keuntungan atas divestasi Rp4,92 miliar.


Lalu, pada 2019 mendivestasi anak usaha PT Mitra Telindo Nusantara, dengan mencatat kerugian divestasi Rp390 juta. Pada 2020, melakukan divestasi anak usaha PT Mitra Sarana Berkat dengan tabulasi rugi Rp23,55 miliar. Pada 2022 mendivetasi anak usaha PT Pertama Ibu Optima, dengan kerugian divestasi Rp1,49 miliar.


Sejalan pelepasan anak perusahaan atau cucu usaha itu, menyebabkan penurunan penjualan, dan juga laba kotor. Rugi tahun berjalan perseroan pada 2018 sebesar Rp1,42 miliar. Pada 2019 rugi sebesar Rp121,15 miliar, laba kotor Rp106,23 miliar, akan tetapi perseroan melakukan penyisihan piutang, persediaan, dan divestasi anak usaha Rp94,78 miliar.


Pada 2020 rugi sebesar Rp63,44 miliar, laba kotor Rp76,43 miliar, akan tetapi perseroan melakukan penyisihan piutang, persediaan, dan divestasi anak usaha sebesar Rp28,44 miliar. Pada 2021 rugi Rp34,67 miliar, kerugian disebabkan perseroan melakukan penyisihan piutang dan persediaan Rp3,66 miliar. Pada 2022 rugi Rp44,23 miliar, disebabkan perseroan melakukan penyisihan piutang, persediaan, dan divestasi anak usaha Rp10,52 miliar.


Kegiatan usaha perseroan sebagian besar penjualan pulsa isi ulang produk telkomsel dengan sistem penjualan sistem offline atau tradisional berupa penjualan di cluster-cluster. Menilik tren penjualan mengalami penurunan karena customer lebih memilih pembelian dengan sistem online. 


Di samping itu, anak usaha atau cucu perusahaan memiliki utang bank cukup besar dengan biaya bunga Rp40 miliar pada 2022, dan cukup membebani kinerja perseroan. Oleh karena itu, setiap tahun perseroan tetap mencatat rugi cukup signifikan. Dan, terakhir pada 2022 mencatat rugi Rp44 miliar. Apabila perseroan tetap mempertahankan kegiatan usaha penjualan melalui anak atau cucu usaha, akumulasi kerugian akan terus bertambah. (*)