Saham Mitratel (MTEL) Diramal Tembus Rp 835 per Saham, Ini Pemicunya
Kontributor Bisnis Baru
Lebih lanjut, Leonardo menyoroti potensi kontribusi bisnis baru bagi Mitratel kendati saat ini porsi terbesar pendapatan disumbang bisnis menara. “Hal lain yang mendukung rekomendasi kami adalah pertumbuhan penyewa dan pertumbuhan pendapatan serta ekspansi bisnis menara di masa depan, seperti segmen FTTT (Fiber To The Tower-fiberisasi tower) dan PTTT (Power To The Tower-penyediaan solusi daya ke tower) dan infrastruktur 5G,” kata Leondardo.
Salah satu portofolio growth driver terbaru dari MTEL yang patut dicermati adalah fiber optic dengan jaringan fiber sepanjang 25.509 km di Q1-2023, tumbuh 53,3% dari Desember tahun lalu 16.641 km. Rincian jangkauan yakni 11.833 km di Jawa (46%) dan 13.676 km di luar Jawa (54%). “Selain itu, segmen fiber di 1Q23 sudah mulai membukukan pendapatan Rp34 miliar,” katanya.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Nico Margaronis, dalam riset 29 Mei 2023, juga sebelumnya melihat potensi besar bisnis fiber optic dan memprediksi Mitratel bakal mampu mencatatkan pertumbuhan kinerja positif tahun ini. “Pendapatan menara sekarang mencapai 92%, non menara sebesar 8% sehingga terbuka prospek jangka menengah dengan adanya sumbangan pendapatan baru,” kata Nico.
Di sisi lain, Mitratel juga menargetkan order book yang kuat dari 4.000 penyewa organik untuk dieksekusi pada 2023, 3.000 di antaranya adalah kolokasi. Dengan prospek ini, BRI Danareksa merekomendasikan saham MTEL ‘beli’ dengan target harga Rp 930/saham.
BRI Danareksa memproyeksikan pendapatan MTEL mencapai Rp 8,62 triliun di tahun ini dan tahun depan Rp 9,25 triliun. Sementara EBITDA tahun ini menjadi Rp 6,84 triliun dan tahun depan Rp 7,42 triliun. Tahun ini, MTEL diproyeksikan mengantongi laba bersih Rp 2,14 triliun, dan tahun depan Rp 2,26 triliun.
Sebelumnya tim riset JP Morgan sudah merekomendasikan overweight untuk saham MTEL dan netral bagi dua kompetitornya yakni PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR).
Pertimbangannya, Mitratel memiliki posisi yang baik untuk pertumbuhan organik dan anorganik seriring dengan pertumbuhan data nirkabel, persyaratan investasi jaringan, relasi dengan operator jaringan telekomunikasi, dan ruangan keuangan untuk mendukung ekspansi anorganik.
Adapun CGS-CIMB Sekuritas masang target harga Rp 800/saham dengan melihat potensi bisnsi fiber yang akan mendorong pertumbuah MTEL. Bahkan segmen ini diramai bisa berkontribusi yang hanya 3% di 2023 nantinya bisa menjadi 6% di 2025.
Related News
BTN Salurkan 30.000 KPR untuk Pekerja Informal di Era Prabowo
Terseret 8 Sektor, IHSG Ditutup Anjlok 0,94 Persen ke Level 7.394
Pefindo Estimasi Penerbitan Surat Utang Capai Rp155T di 2025
Didampingi Kemenperin, IKM Kembangkan Prototipe Kendaraan Listrik
Indeks Literasi Keuangan Indonesia Lebih Baik dari Rata-Rata OECD
PT SMI Siap Bertransformasi Jadi Mini World Bank untuk Daerah-Daerah